Khilafah.id – Islam moderat adalah Islam yang lebih meneguhkan pada sisi inklusif, peradaban, perdamaian, keadilan, dan kemanusiaan. Dalam konteks ini, Islam agama yang memiliki karakter moderasi tentu melahirkan suatu kehidupan masyarakat yang lebih menjunjung tinggi keramahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga, tantangan kita hari ini Islam perlu hadir mencegah potensi kekerasan atau ekstremisme yng berjubah agama.
Di sisi lain, keislaman dan kemoderenan memang sebuah persoalan yang tidak dapat dipisahkan. Sebab itu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ayang Utriza Yakin, DEA., PhD selaku intelektual hukum Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat diwawancara melalui sambungan media informasi elektronik (10/01/20), mengatakan bahwa, “Islam moderat itu lebih memunculkan keislaman yang inklusif tidak hanya didasarkan kepada teks-teks keagamaan. Namun, juga sangat kontekstual”.
Untuk itu, pembaca yang budiman harus menyimak dan membaca lebih mendalam melalui hasil petikan wawancaranya, berikut ini:
Bagaimana pandangan Bapak tentang pembumiannya di Indonesia?
Pandangan saya mengenai peneguhan Islam moderat itu suatu keharusan apalagi seperti di Indonesia. Kenapa saya katakan begitu? Karena wawasan keislaman yang mengambil jalan tengah itu tujuannya untuk menciptakan kehidupan yang harmonis, damai, toleran, dan keadilan. al-Qur’an saja dengan tegas dalam kalimat ummatan wasathan yang artinya umat yang moderat. Masyarakat itu sudah seharusnya berpikir modern dan bersikap adil kepada sesama umat beragama.
Menurut Bapak, apa yang membedakan Islam moderat dengan Islam ekstrem?
Ini hanya perbedaan istilah saja, tetapi dalam praktiknya yang ada perbedaan. Contohnya, jika Islam moderat itu lebih memunculkan keislaman yang inklusif tidak hanya didasarkan kepada teks-teks keagamaan. Namun, juga sangat kontekstual. Sementara, Islam ekstrem lebih tekstual mendekati tindakan kekerasan sebagai alat untuk menegakkan jihad atas dalih agama.
Lalu, bagaimana cara kita menghadapi masifnya ekstremisme dan radikalisme agama?
Kita harus hadapi dengan cara yang sama. Misalnya, wawasan moderatisme ini juga harus disosialisasikan kepada seluruh masyarakat yang ada di Indonesia. Sosialisasi gagasan itu dengan melibatkan NU dan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang moderat. Langkah ini bisa dikatakan upaya pencegahan atas masifnya paham keagamaan yang ekstrem.
Bagaimana respons Bapak terkait dengan situs Islam yang menyebarkan paham-paham agama yang ekstrem?
Ini tugas situs Islam yang juga berdakwah dalam gerakan moderat untuk memperkuat dalam hal literasi berupa buku, dan literasi media. Artinya, menyebarkan paham keagamaan yang moderat melalui tulisan-tulisan. Sebab jika sampai kelompok ekstrem yang menguasai bisa jadi pemahaman masyarakat ikut berpikir keras.
Apakah dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan NU dan Muhammadiyah sudah moderat?
Jelas, kalau tidak moderat tidak mungkin ada gagasan Islam Nusantara yag digaungkan oleh NU. Sedangkan, Islam Berkemajuan label yang disosialisasikan oleh Muhammadiyah. Dua hal ini, sebenarnya organisasi yang moderat mendorong penguatan cara pandang keagamaan yang lebih ramah, toleran, dan memperhatikan keadilan.
Dengan peran semua komponen, manfaat implementatif Islam moderat untuk siapa saja Bapak?
Islam moderat dipastikan bermanfaat bagi semua kalangan, khususnya masyarakat, agama, bangsa dan negara. Kehidupan saat ini sering dihadapkan dengan persoalan ideologis. Maka, pentingnya lagi itu bermanfaat, baik masyarakat, dll.
Harapan Bapak kedepannya pasca eksistensi Islam moderat?
Harapan saya ada dua. Pertama, kepada masyarakat untuk jangan sampai mudah terpengaruh dengan kelompok dan paham keagamaan yang melekat kepada kekerasan atau ekstremisme. Kedua, negara tidak boleh lengah untuk terus aktif mengkampanyekan gagasan Islam inklusif bersama ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah. Semoga dua hal ini bisa membuat orang-orang sekitar yang masuk dalam kelompok ekstrem bisa menyadari saja.
Hasin Abdullah, Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.