Khilafah.id – Studi Islam di Barat tengah berkembang pesat. Melahirkan para teolog, ahli hukum Islam, dan pakar tasawuf. Basis ilmu keislaman itu berkembang subur di Barat dan melahirkan pelbagai buku tentang studi Islam. Meskipun mayoritas agama non Islam, ghirah mereka untuk mempelajari Islam tak kunjung padam.
Ratusan buku yang mengkaji Islam terbit setiap tahun. Ribuan sarjana lahir tiap tahun. Yang menarik, para pelajar dari negara Muslim juga banyak yang menimba ilmu ke Barat. Terjadi memang paradigma keilmuan Islam. Bila dulu, kebanyakan mendambakan studi Islam ke Timur Tengah yang dianggap asal usul Islam, kini Barat menawarkan mutiara studi Islam.
Salah satu yang banyak dikaji dalam studi Islam itu adalah pemikiran Islam; baik itu teologi, tasawuf, dan hukum Islam. Namun, seperti kata Profesor Khaled Abou el Fadl, Guru Besar hukum Islam dan Kajian Timur Tengah di Universitas California di Los Angeles UCLA,setiap tahun banyak sekali studi akademis tentang pemikiran Islam kontemporer yang diterbitkan di Barat.
Namun hanya sedikit dari studi ini yang berhasil menawarkan wawasan asli tentang landasan pemikiran yang dianut oleh beberapa kelompok keagamaan Islam yang ada di era kontemporer ini. Lebih dari itu, sangat sedikit lagi kalangan akademisi yang berhasil terlibat secara analitis dalam debat internal Muslim kontemporer dengan cara mereka sendiri tanpa memproyeksikan asumsi dan nilai sebelumnya yang dapat mendistorsi dan bahkan salah dalam menggambarkannya.
Tidak dengan Adis Duderija, ia mampu menganalisa dengan matang dan komprhensif pelbagai geanologi Islam kontemporer. Lewat buku dengan judul asli Constructing a Religiousliy Ideal ‘Believer’ and ‘Women’ in Islam: Neo-traditional Salafi and Progressive Muslim’ Methods of Interpretation, ia mengangkat realitas keagamaan antara Muslim Kontemporer yang ia kelompokkan ke dalam Salafi Neotradisional dan Muslim Progresif.
Kian menarik lagi, dua arus pemikiran tersebut lantas dianalisa oleh Adis Duderija secara epistemologis, metodologis, hermeneutis serta dampaknya bagi penafsiran-penafsiran mereka terhadap Al-Qur’an dan Hadis. Nah, pada gilirannya, penafsiran tersebut membuat sebuah pusaran budaya dalam tradisi keberagamaan masyarakat Islam. Ini langkah komprehensif untuk membaca geanologi Islam yang ada di era komtemporer.
Lebih lanjut lagi, secara meyakinkan Adis Duderija juga menunjukkan bahwa konsepsi terkait “Muslim beriman” memiliki pengaruh langsung bagi pembentukan asumsi normatif, yang melahirkan metodologi orientasi tertentu dalam memahami teks. Bila ditilik, karya ini merupakan studi sistematis pertama yang mengeksplorasi hubungan yang kompleks antara konsepsi teologis orang beriman, sebagai prototipe Muslim yang saleh dan ortodoks, dan metodologi yang digunakan untuk memahami teks agama.
Hasil analisa Adis Duderija dalam buku versi bahasa Indonesia, Metode Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis Antara Liberal dan Salafi—yang diterbitkan oleh Yayasan Pengkajian Hadits el-Bukhori Institute—, bahwa kelompok Muslim Salafi Neotradisional, adalah kerangka metodologis mereka dalam menafsirkan teks-teks keagamaan berbasis pada segmentalisme tekstual.
Hal ini diumpamakan sebagai metodologi penafsiran yang menafsirkan ayat atau hadis berdasarkan ayat, surah, dan hadis tertentu yang mengabaikan kompleksitas ayat Al-Qur’an atau Hadis secara tematik dan struktural.
Selanjutnya, Adis Dureja juga melihat metodologi yang dipakai Salafi Neotradisional lainnya adalah terkait literalisme. Kelompok ini acap kali menafsirkan teks berdasarkan pengertian leksikal atau kamus. Mereka cenderung menyamakan antara konsep hadis sahih dengan konsep sunah, begitupun dengan nalar logis atau pun etiko-moral dalam teks-teks keagamaan. Hal ini tentu saja berimbas kepada penafsiran mereka terhadap isu-isu tertentu di dalam Al-Qur’an maupun Hadis.
Sementara itu, di sisi lain, kelompok Muslim Progresif dicirikan sebagai kelompok yang menekankan konteks secara komprehensif dan holistik dalam memahami teks-teks agama. Pemikiran mereka juga didasarkan kepada nilai-nilai etiko-religius tradisi seperti keadilan dan kesetaraan. Muslim progresif, dalam kaitannya dengan hadis, mendukung pandangan bahwa konsep hadis dan sunah berbeda sama sekali. Hal ini memiliki implikasi yang cukup signifikan pada level penafsiran terhadap teks-teks keagamaan.
Berangkat dari pemilahan antara metodologi dan epistemologi Muslim Salafi Neotradisional dan Muslim Progresif, Adis Duderija memperlihatkan beberapa implikasi penafsiran mereka mengenai konsep Mukmin dan Perempuan Muslim. Mengenai kemungkinan orang di luar Islam, baik itu Yahudi atau Nasrani yang bisa saja dianggap mukmin dan memeroleh balasan kebaikan dari Tuhan, atau tentang Jilbab bagi perempuan dan peran perempuan yang dinarasikan sebagai subyek pasif dalam penafsiran Salafi Neotradisional dan menjadi subyek aktif dalam penafsiran Muslim Progresif.
Buku yang dalam yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Yayasan Pengkajian Hadits el-Bukhori Institute, perlu dibaca oleh mahasiswa pemikiran muslim kontemporer, mahasiswa yang bergulut dalam studi Al-Qur’an. Juga layak dibaca oleh dosen, akademisi, aktivis Islam dan pegiat hak asasi manusia. Lebih dari itu, Buku ini juga diperlukan bagi pembaca yang tertarik pada masa depan gerakan Islam, institusi, dan kemungkinan reformasi.
Seperti kata Khaleed Abou El-Fadhl, di luar bidang Studi Islam, semua pembaca yang tertarik pada pertanyaan tentang keaslian, legitimasi, dan konstruksi makna religius di dunia modern akan menemukan kontribusi dari karya ini yang sangat berharga untuk memahami secara komparatif peran teks-teks agama dalam mengkonstruksi dua sisi: pertama. dampak normatif tradisi dan sejarah, dan kedua, kemungkinan dan keharusan masa kini.
Seperti yang ditunjukkan buku ini dengan kuat, generalisasi atas stereotip terkait determinisme teks-teks Islam atau peran determinatif wahyu dalam Islam sedikitnya bisa dikatakan bermasalah. Seperti tradisi agama lain yang bergumul dengan masalah yang sama, umat Islam berjuang untuk menenggelamkan diri mereka sendiri dalam pandangan ortodoksi dan keaslian saat mereka menghadapi dan menegosiasikan berbagai tantangan modernitas dan post-modernitas.
Untuk itu, hemat penulis memiliki buku ini sudah sebuah keniscayaan. Pasalnya, penulis buku ini juga berhasil membongkar metodologi yang digunakan oleh kelompok Islam kontemporer yang mendominasi kehidupan beragama kaum muslim. Bila ada ingin memiliki buku ini, silahkan penerbitan buku Yayasan Pengkajian Hadis El Bukhari Institut.
Identitas Buku
Judul : Metode Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis Antara Liberal dan Salafi
Penulis : Adis Duderija
Penerbit : Yayasan Pengkajian Hadits el-Bukhori Institut
Cetakan I : Juli 2021
Tebal : 366 halaman
ISBN : 978-602-441-108-4
Peresensi: Zainuddin Lubis