Berebut Keaslian ‘Panji Hitam’ Khilafah (Bagian 1)

panji hitam

Khilafah.id – Sebagian masyarakat kita, khususnya di kalangan umat Muslim, mungkin tak asing dengan istilah ‘Panji Hitam’ atau dalam istilah Arabnya ar-raayat as-suud. Tapi mungkin ada juga yang mengernyitkan dahi ketika mendengarnya, sambil kemudian menyadari ternyata akhir-akhir ini makin banyak bendera hitam yang dikibarkan disekitar mereka.

Lambang-lambang dengan latar bendera berwarna hitam tersebut kini mulai banyak bermunculan di Indonesia, beberapa kelompok yang menggunakannya antara lain; Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), bahkan kalau kita perhatikan ISIS dan Alqaeda juga mengibarkan bendera hitam.

Istilah ‘Panji Hitam’ ini pernah muncul di beberapa hadis prediktif Nabi yang oleh sebagian muslim diyakini sebagai simbol (baca: predikat) yang disematkan pada kelompok pembela al-haq yang mengiringi kemunculan al-Mahdi. Seperti hadis-hadis berikut ini yang sering dikutip para penulis artikel lepas di media-media online bertajuk Islam:[1]

“Al-Mahdi akan muncul setelah keluarnya panji-panji hitam [ar-raayaat as-suud] dari (dunia belahan) Timur, yang mana pasukan ini tidak pernah kalah dengan pasukan manapun.” (HR. Ibnu Majjah)

“Apabila kamu melihat panji-panji hitam telah diterima di sebelah wilayah Khurasan, maka datangilah dia sekalipun terpaksa merangkak di atas salju, karena padanya itu ada khalifah Allah yang mendapat petunjuk [al-Mahdi]” (HR. Ibnu Majjah, Abu Nu’aim dan al-Hakim)

Bahkan tak jarang hadis tentang kelompok ‘Panji Hitam’ sering dikaitkan dengan hadis Nabi lainnya[2], yaitu:

“Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang meraih kemenangan (karena berada) di atas kebenaran, orang-orang yang menelantarkan mereka tidak akan mampu menimbulkan bahaya kepada mereka, sampai datangnya urusan Allah sementara keadaan mereka tetap seperti itu .” (HR. Muslim “Kitabul Imarah” nomor 3544, at-Turmudzi “Kitabul Fitan” nomor 2155)

“Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang berperang di atas urusan Allah. Mereka mengalahkan musuh-musuh mereka. Orang-orang yang memusuhi mereka tidak akan mampu menimpakan bahaya kepada mereka sampai datangnya kiamat, sementara keadaan mereka tetap konsisten seperti itu.” (HR. Muslim “Kitabul Imarah” nomor 3550)

Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, sebagian umat muslim meyakini bahwa mereka [kelompok ‘Panji Hitam’ yang disifati dengan thaifah manshurah] adalah kelompok elit umat Islam yang dengan teguh membela kebenaran [al-haq] secara militan. Mereka yakin telah berpegang teguh pada al-Qur’an dan hadis Nabi dengan konsisten. Bahkan tidak jarang mereka mengira bahwa hanya merekalah yang memperjuangkan tegaknya syari’at Islam.

Karenanya tidak heran jika belakangan muncul berbagai kelompok yang mendaku diri sebagai ‘Panji Hitam’, atau setidaknya diduga kuat oleh pengikutnya sebagai kelompok berpanji hitam sebagaimana yang dijanjikan/diprediksikan Nabi, baik yang secara spesifik di wilayah Khurasan maupun di belahan dunia lainnya.

Gaung dari gerakan “panji hitam” ini kini sudah sampai ke Indonesia. Beberapa kelompok dengan simbol hitam sudah sering kita saksikan di jalan-jalan, yang terbaru, bendera hitam tampak dikibarkan di sebuah parade yang mengklaim diri sebagai kegiatan untuk menyatukan umat Islam.

Tidak sedikit kelompok yang ‘mengatasnamakan’ berjuang di jalan Allah (jihad fi sabilillah) demi membela kebenaran [al-haq] dan tegaknya syari’at Islam. Dengan militan mereka ‘rela’ mengorbankan raga, harta bahkan jiwanya. Dan, yang menarik adalah penggunaan simbol berupa bendera berwarna hitam yang umumnya terdapat tulisan kalimat laa ilaaha illa Allah baik yang dilengkapi dengan gambar pedang maupun tidak.

Keterkecohan Pemahaman

Berangkat dari keyakinan [terhadap hadis] tersebut, maka tak heran apabila banyak kelompok muslim yang bereuforia dengan mengaku dirinya bagian dari ‘Panji Hitam’. Kelompok ini dengan penuh kebanggaan mendeklarasikan dirinya sebagai kelompok yang paling dekat dengan Allah, sebab mereka berani berjuang membela dan menegakkan kebenaran [al-haq] di jalan Allah. Kalaupun tidak menganggap paling dekat, setidaknya mereka merasa kelompok lain yang tidak membenarkan jalan dakwahnya sebagai kelompok yang sesat atau bahkan kafir.

Jika kita perhatikan, sebenarnya hadis tentang ‘Panji Hitam’ yang diriwayatkan Ibnu Majjah tersebut bunyinya adalah demikian:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى وَأَحْمَدُ بْنُ يُوسُفَ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ الرَّحَبِيِّ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ :قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْتَتِلُ عِنْدَ كَنْزِكُمْ ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ ابْنُ خَلِيفَةٍ ثُمَّ لَا يَصِيرُ إِلَى وَاحِدٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَطْلُعُ الرَّايَاتُ السُّودُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ فَيَقْتُلُونَكُمْ قَتْلًا لَمْ يُقْتَلْهُ قَوْمٌ ثُمَّ ذَكَرَ شَيْئًا لَا أَحْفَظُهُ فَقَالَ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيّ

ُ

Artinya: telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Yahya dan Ahmad bin Yusuf, mereka berdua berkata, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq dari Sufyan ats-Tsauri dari Khalid al-Hadda’i dari Abi Qilabah dari Abi Asma’ ar-Rahabiya dari Tsauban berkata: Rasulullah Saw., bersabda: “Akan berperang tiga orang/pihak di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putera khalifah. Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah timur, lantas mereka membunuh kamu dengan suatu pembunuhan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu.” Kemudian beliau SAW menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal, lalu bersabda: “Maka jika kamu melihatnya, berbai’atlah walaupun dengan merangkak di alas salju, karena dia adalah khalifah Allah Al-Mahdi.”

Tampak bahwa pada hadis tersebut ada yang terpotong. Indikasinya adalah pengakuan Tsauban [orang yang menceritakan hadis tersebut] kalau dirinya tidak hafal sebagian perkataan Nabi dengan mengatakan ‘Kemudian beliau menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal’. Ia hanya tahu perkataan selanjutnya yang berbunyi, “Maka jika kalian melihatnya, berbai’atlah walaupun dengan merangkak di atas salju, sebab dia adalah khalifah Allah yang mendapat petunjuk”.

(bersambung…)

[1] Di antaranya adalah https://cahaya-akhir-zaman.blogspot.com, misalnya.

[2] Sebagaimana yang ada pada artikel online https://granadamediatama.wordpress.com/arsip/ashabu-rayati-sud-pasukan-panji-hitam/

Imam Malik, Adalah seorang akademisi dan aktifis untuk isu perdamaian dan dialog antara iman. ia mulai aktif melakukan kampanye perdamaian sejak tahun 2003, ketika ia masih menjadi mahasiswa di Center for Religious and Sross-cultural Studies, UGM. Ia juga pernah menjadi koordinator untuk south east Asia Youth Coordination di Thailand pada 2006 untuk isu new media and youth. ia sempat pula menjadi manajer untuk program perdamaian dan tekhnologi di Wahid Institute, Jakarta. saat ini ia adalah direktur untuk center for religious studies and nationalism di Surya University. ia melakukan penelitian dan kerjasama untuk menangkal terorisme bersama dengan BNPT.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Gus Sholah: Ulama Benteng NKRI dari Ideologi Khilafah

Sen Okt 25 , 2021
Khilafah.id – Ulama yang sangat alim. Negarawan sejati. Cucu pendiri ormas terbesar Nahdhatul Ulama (NU). Cucu salah satu founding fathers Indonesia. Mungkin itu di antara yang bisa kita sebut ketika mengingat Kiai Salahuddin Wahid. Lahir di Jombang, 11 September 1942, Gus Sholah —sapaan akrabnya— merupakan adik Kiai Abdurrahman Wahid alias […]
Gus Sholah

You May Like