Darurat! Indonesia Sedang Tak Baik-baik Saja

indonesia

Khilafah.id – Indonesia sedang tak baik-baik saja. Semua masalah tampak menyatu di Indonesia. Menggulung kesadaran kita sebagai khalifah di bumi. Apa yang salah dalam diri kita?

Tapi percayalah, kesadaran menuntaskan masalah itu dan saling mengukuhkan lapisan umat manusia tentang perbedaan pemahaman dan keyakinan makin melunjak. Secara praktis juga timbul rasa empati pada kasus-kasus bom bunuh diri atas agama, mengkafirkan, bahkan caci-maki antarpemeluk agama dan umat manusia.

Namun tak bisa dimungkiri, pada abad modern kini, esensi Islam mulai terabaikan, bahkan mengalami kekacauan. Dimensi agama meluap namun jauh dari laku kesalehan. Ritus dakwah agama Islam bergerak, tetapi lupa pada derma Islam.

Realitas yang terjadi akhir-akhir ini Islam menjadi terkesan keras lewat keterpautan paham-paham ekstrem yang lemah akan sejarah Islam dan lemah di perihal ajaran furu’ Islam. Di sini, pendekatan-pendekatan Islam jauh dari kedermawanan dan hanya berkelindan di tengah krisis akhlak manusia yang defisit spiritualisme, sehingga penganut agama menjadi gamang.

Praktik kehidupan berbangsa, bernegara, dan beragama, yang bermakna dan bernilai filosofis dan ideologis tak menuai perubahan dan masih membekam di sikap parsial. Bergerak menjadi sentrifugal atau mengalami kekacauan. Puncaknya penganut agama berada di zaman kacau hingga terpapar ideologis radikalisme-takfiri ”.

Maraknya sikap takfirisme yang lahir dari kelompok ektremisme keagamaan juga dipantik dengan ketimpangan ekonomi-sosial, kekacauan politik, sistem pendidikan yang rapuh (Haidar Bagir, 2020). Kendati, faktor itu yang memperparah keadaan umat Islam mutakhir (meski tak semua).

Inilah kelemahan peradaban Islam terkait dengan hakikat agama itu sendiri yang perlu diobati dan dipulihkan demi persatuan umat beragama, baik Islam mau pun umat yang lain sehingga tak timbul kecemburuan sosial.

Oleh karena itu, perlu memberi resep pada konflik-konflik yang makin terbuka di beberapa sekte atau mazhab Islam dengan menyodorkan asas cinta spiritualitas Islam. Sejatinya untuk menyadarkan kita bahwa hubungan manusia dengan manusia lain disandarkan pada asas cinta-kasih dan menolak pada kemungkaran (nahi mungkar).

Menolak kemungkaran harus dijauhkan dari sikap represif, kasar, pembunuhan dan lebih mengutamakan cara-cara persuasif dan kebijaksanaan dalam mengambil penyadaran atau tindakan.

Amar makruf nahi mungkar ini selalu dan harus memiliki kesadaran budaya, kemasyarakatan, dan historisitas (kondisi) sosial sebagai bekal upaya yang dijalankannya, melalui penjangkaran sikap-sikap budi luhur agung, hati lapang, sabar, dan lakon kebaikan, seperti tertuang dalam ayat (QS al-Taubah [9]:112). Itulah yang diajarkan dalam beragama.

Poin paling penting yang harus dikerjakan pada zaman kacau ini adalah dakwah keagamaan harus selalu mempromosikan wacana toleransi nan santun yang berorentasi pada prinsip dasar Islam cinta dan menegakkan wasathiyya atau umat yang moderat seperti yang digambarkan dalam surah (QS al-Baqarah [2]: 143).

Dengan demikian, etika dakwah Islam harus didasarkan pada prinsip moderasi, keadilan, dan bersifat rasional. Bukan semata-mata yang hedonistik, utilitarianistik, dan deontologis.

Etika dakwah semata-mata harus mendasar ke ragawi yang sejalan pada prinsip Islam dalam surat al-Rahman: 7. “meletakkan neraca keadilan”, sehingga, pemangku agama merasai surga yang dicita-citakan tercipta di dunia, kebahagiaan, kenyamanan, keasyikan, dan kesejahteraan.

Semenetara itu, sampai di sini, kita harus terus membangun paradigma dan praktik beragama, demi mengupayakan rekonsilasi perdamaian keagamaan dan persatuan sesama umat manusia, yang hidup di alam semesta yang sama. Supaya cita-cita Islam, “menjunjung tinggi rasa kemanusiaan menjadi nyata”.

Bukan sekadar mengadu banyaknya pengikut. Yang setiap saat membuka rongganya untuk berkomentar dan membebek untuk siap mati. Cita-cita Islam bukan itu, melainkan menjadi laku-sabda-nafas berkehidupan kita di dunia dalam khazanah kedamaian: bertawassut, bertawassun, i’tidal, dan bertasamuh dalam asas cinta Indonesia.

 

Artikel ini merupakan muat ulang dari Editorial di laman Harakatuna.com

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Seperti Khilafah, Surveillance Capitalism Menggerus Demokrasi

Sel Jan 18 , 2022
Khilafah.id – Seorang pembantu presiden mengatakan dalam sebuah acara tentang klaim pengusaha yang ingin pemilu 2024 diundur. Diambil dari berita Tempo ia mengatakan: “Rata-rata mereka (pengusaha) berpikir, bagaimana proses demokrasi dalam konteks peralihan kepemimpinan jika ada ruang dapat diundur? Alasannya para pengusaha baru menghadapi persoalan pandemi Covid-19 dan saat ini […]
demokrasi

You May Like