Khilafah.id – Kementerian Luar Negeri RI pada Selasa (25/7/2023) mengatakan, bahwa anggota Taliban dari pemerintahan Afghanistan melakukan “kunjungan tak resmi” ke Indonesia pada awal Juli 2023 (detik/26/Juli/2023). Alasan mereka melakukan kunjungan tersebut belum diketahui maksud dan tujuannya.
Namun yang pasti, Taliban sudah mengukuhkan diri menjadi negara Islam yang ada di Afghanistan sana. Taliban kembali menguasai Afghanistan pada Agustus 2021. Taliban berupaya menguatkan pengakuannya di seluruh negara di dunia.
Kunjungan ke Indonesia bisa jadi ingin mendekati Indonesia untuk meningkatkan hubungan politik dan ekonomi. Sebab pendekatan ini juga dilakukan Taliban ke beberapa negara dekat dan Amerika Serikat. Bahkan ketika sampai ke Indonesia Taliban juga menghampiri diplomat Sri Lanka, Bangladesh, dan Singapura.
Dalam kunjungan ke Indonesia belum ada kesepakatan yang pasti. Beberapa pihak mengatakan Indonesia masih belum mengakui legitimasi Pemerintah Taliban di Afghanistan sejak berkuasa lagi dua dekade setelah pasukan pimpinan AS menggulingkan rezim mereka.
Beberapa delegasi yang hadir hanya bertemu dengan beberapa cendekiawan, politisi, dan pengusaha di Indonesia. Namun tidak ada pertemuan resmi antara pejabat Pemerintah Afghanistan dan Indonesia. Hubungan antara kedua negara memang sejak lama hanya didasarkan pada solidaritas agama.
Sekali lagi, Taliban hingga saat ini belum diakui secara resmi oleh negara atau badan dunia mana pun, dan hanya segelintir negara yang memiliki kantor perwakilan di Afghanistan. Untuk Indonesia sendiri, juga belum mengakuinya. Namun tahun lalu, Indonesia sudah membuka kembali kedutaan besarnya di Kabul sejak Taliban berkuasa kembali di sana.
Lalu pertanyaannya, apa maksud dan tafsir yang pas atas kunjungan Taliban ke Indonesia? Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Yang pasti di balik kunjungan Taliban ke Indonesia sudah pasti menjadi tafsir tersendiri dari negara radikal tersebut.
Sejak awal, Taliban memang ingin diakui keberadaannya oleh negara di dunia. Negara bersistem Islam ini memakai cara-cara lentur dan politis untuk bisa diterima di negara lain. Maka itu, secara penampilan di kamera-kamera dan media miliknya, jas dan dasi selalu mereka pakai sebagai bagian dari taktik bahwa mereka juga memakai baju yang sama seperti negara yang lain.
Namun, itu adalah taktik untuk merekayasa citra Taliban itu sendiri. Sebab selama ini, Taliban masih melakukan kekerasan-kekerasan terhadap siapa pun yang tidak sejalan dengan sistem negara Islam di Afghanistan sana. Pemukulan, pembunuhan, dan kekerasan lainnya seperti telah menjadi makanan dan sarapan setiap hari. Secara politik mereka ingin menunjukkan bahwa mereka tidaklah seperti demikian itu: menghargai keberagaman.
Padahal, citra negara Taliban ini sudah terpuruk bukan hanya ada di kertas hasil survei persepsi publik. Ragam masalah menjadi pembenar atas kemerosotan kepercayaan publik ke negara Islam Taliban ini. Seperti pembunuhan terhadap jurnalis perempuan yang berbeda secara politik di Afghanistan. Selain itu juga pelarangan terhadap perempuan-perempuan untuk bersekolah dan tidak memakai hijab dan lain sebagainya.
Sejumlah pelanggaran etik dan kemanusiaan terjadi di Afghanistan setelah dipimpin oleh Taliban. Negara ini seharusnya berada di garda terdepan menjaga muruah Islam. Tetapi faktanya malah menyalahi ajaran hukum Islam sendiri yang bernilai moderat dan toleran. Taliban lebih memilih jalan kekerasan.
Moralitas dan integritas sebuah negara akan terjaga manakala sistem yang dipakai memiliki keadaban dan taring untuk menegakkan etik kemanusiaan yang tinggi. Negara Indonesia khususnya, jangan sampai hanya menampilkan dramaturgi ala Taliban dalam penanggulangan radikalisme dan terorisme. Dengan kunjungan Taliban ke Indonesia kali ini ada dugaan yang was-was untuk Indonesia, utamanya dalam penghapusan negara radikal teroris.
*Repost Editorial Harakatuna