Khilafah.id – Hari ini salah satu simpatisan Eks HTI, Irkham Fauzi, mengakui kesalahan perbuatannya; memutar-balikkan fakta. Video permintaan maafnya terkait fitnah kepada ‘Banser yang telah mengepung Kantor PDIP bersumber dari mimpi’ beberapakali tersebar di medsos. Beberapa kali saya coba membaca status Irkham di Facebooknya, dan memang, suka dengan kamuflase dan memutar-balikkan fakta. Apakah itu yang paling diajarkan di kelompok eks HTI, saya pun tidak tahu.
Sejak tahun 2016 saya melakukan riset soal simpatisan HTI di salah satu kampus besar di Jakarta. Ada banyak artikel jurnal ilmiah yang juga saya tulis secara khusus menyoal eks HTI dan gagasannya. Sedikit banyaknya tahu bagaimana eks HTI berkamuflase soal khilafah dan simpatisannya. Irkham Fauzi adalah salah satu eks kelompok HTI, yang, dua tahun lalu, tepatnya di bulan April 2018, ia juga sempat memutarbalikkan pernyataan KH Said Aqil Siroj dengan mengarakan Kyai Said pejuang syariah dan khilafah (1).
Beberapa halnya ia memutar-balikkan fakta soal kritik Kyai Said pada demokrasi saat menjadi penceramah di Buntet Pesantren Cirebon. Meski, dan ini kebiasaannya, tak mau menyantumkan rujukan terkait statusnya itu. Dalam faktanya, kritik Kyai Said dimaksudkan agar dalam demokrasi pemerintah yang baik harusnya dapat memimpin dalam lebih dari 2 periode, namun diputar-balik oleh dia dengan maksud Kyai Said tidak setuju dengan demokrasi, dan secara tidak langsung berarti Kyai Said membenarkan khilafah sebagai sistem yang baik. Bukan demokrasi. Keterlaluan memang.
Hal kedua yang membuat geram adalah soal Kyai Said mendukung penerapan syariah dan khilafah di dalam negara Indonesia. Sayapun mengklarifikasi apa yang diputar-balikannya itu karena cukup berbahaya dengan melempar fitnah yang sangat tidak pantas (2). Mengutip buku Islam dan Kebangsaan: Fikih Demokrastik Kaum Santri (Ciganjur 1999), ia mengedarkan bahwa Kyai Said menyatakan khilafah adalah sunatullah secara syar’i atau aqli. Menurutnya ini yang membuat ia yakin dengan khilafah dan HTI, dan tidak percaya demokrasi.
Padahal dalam buku itu, dan kebetulan hampir setiap santri Kempek memiliki buku itu, hanya menjelaskan sejarah masa pemerintahan khalifah dari Abu Bakar hingga Ali bin Abi Thalib. Setelah itu, dijelaskan masa 90 tahun kemudian, yakni dari Dinasti Umayyah, Abbasiyah hingga tumbangnya Turki Usmani pada abad-20. Dalam itu banyak didapati kesultanan yang di bawahinya. Kyai Said bahkan mengkritik sistem khilafah, karena kesultanan-kesultanan yang di bawah satu komando Khalifah seperti Boneka yang tidak dapat berbuat apa-apa di bawah komandonya dan lagi jauh pusat pemerintahannya.
Saya tidak paham kenapa eks HTI ini mudah banget beraksi, tanpa berfikir terlebih dulu. Ia tak mempertimbangkan bagaimana tanggungjawabnya setelah melakukan ini. Dan Tuhan telah menegurnya dengan ia meminta maaf atas perilaku memutar-balik fakta yang dilakukannya itu. Sekali lagi dalam faktanya pada buku itu justru Kyai Syaid mengkritik khilafah secara tajam dengan memberikan fakta sejarah banyaknya pemimpin boneka di bawa negeri khilafah. Tak mendukung khilafah secuilpun.
Permintaan maaf Irkham Fauzi ini pasca didatangi sekelompok Banser. Dan Banser masih memberikan maaf untuk dia tidak mengulangi lagi. Padahal dalam hal yang lain, ia beberapakali sudah memutar-balikkan fakta (fitnah), sila lacak facebooknya, dan sudah tepat jika harus dikurung dalam penjara. Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Jangan kaya simpatisan eks HTI ini.
Lihat:
1. https://mediaumatyg.blogspot.com/2019/08/terimakasih-kiai-said-aqil-siradj.html?m=1
2. https://www.dutaislam.com/2018/04/keliru-pahami-kiai-said-kunyuk-hti-cirebon-sesat-menyesatkan-ini-bantahannya.html
Lufaefi, Alumni S2 PTIQ Jakarta.