Fakhruddin Faiz: Membangun Kesadaran Diri Selama Puasa

Tasawuf

Khilafah.id – Ramadhan adalah bulan yang agung. Ada banyak pahala yang dilipatgandakan oleh Allah SWT pada bulan tersebut. Untuk itu tradisi menyambut puasa bagian dari membangun kesadaran diri, bahwa menuju puasa seseorang ada hal yang perlu dipersiapkan agar dapat memahami makna dari bulan yang agung dengan persiapan yang optimal.

Sebelum Islam, puasa sudah menjadi ibadah yang dilakukan oleh para nabi terdahulu. Ibadah ini dilanggengkan bukan tanpa alasan, melainkan memang ada keistimewaan tersendiri di dalamnya. Fakhruddin Faiz menjelaskan, hidup itu akan mudah  bermasalah ketika kemampuan menahan diri kita rendah, misal menahan diri terhadap lawan jenis, amarah, makan, dan lainnya. Menahan diri akan menjadi sulit kalau tidak dilatih secara terus menerus, dengan begitu puasa menjadi penting dan wajib.

Kemudian terkait menyambut dalam Ramadhan, Fakhruddin Faiz mengatakan dalam tradisi itu terdapat inisiatif yang dilakukan oleh para wali. Tujuannya kearifan ini diciptakan agar membangun kesadaran diri menyambut bulan yang agung. Sebagaimana di Jogja ada tradisi padusan atau mandi sore menuju Ramadhan. Hal yang dimaksudkan sebenarnya adalah menyadarkan kita akan segera memasuki bulan suci.

“Ibarat diri kita ini wadah, jadi jangan sampai hal baik yang akan ditampung itu tercemari kotoran yang menempel pada wadah. Sama halnya dengan gelas beracun yang diisi susu. Kendati susu menyehatkan, ia tercemari oleh wadahnya yang beracun,” ungkap narasumber Ngaji Filsafat dalam youtube MJS Channel.

Adapun anggapan tepat mengenai orang yang berpuasa itu membuat lemas atau produktif kembali pada pembiasaan. Kalau sejak awal mental dan semangat orang tersebut produktif, puasa itu justru keuntungan baginya. Sebab lazimnya, saat momentum puasa kesibukan-kesibukan itu dikurangi, sehingga merasa memiliki waktu lebih untuk produktif. Peluang menjadi kreatif juga bisa bertambah, karena orang-orang yang berpuasa tidak banyak melakukan aktivitas huru-hara, sehingga tidak terdistorsi pada hal itu. Jadi sebuah peluang bagi orang kreatif untuk mengembangkan fasilitasnya dalam momentum tersebut.

Sebaliknya, jika ada orang yang bermalas-malasan jangan disalahkan akibat puasanya. Mentalnya orang malas, saat kelaparan ia akan mengatakan saya lemas karena berpuasa, kemudian saat berbuka ia mengatakan sulit beraktivitas karena kekenyangan lalu mengantuk. Jadi kembali pada tabiat orangnya, tetapi yang jelas tujuan puasa itu di balik kewajibannya memfasilitasi hal positif, terlepas dari fasilitas yang diperoleh apakah kita mau memanfaatkannya atau tidak mari sadarkan diri agar mendapatkan kemuliaan di bulan suci Ramadhan.

Ayu Fuji Astuti, Mahasiswi, mukim di Jakarta.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Hindari Kontroversi Tasawuf ala Dedengkot Khilafahers

Ming Apr 3 , 2022
Khilafah.id – Baru-baru ini Buya Arrazy Hasyim menghadapi beberapa tuduhan terkait ajaran tasawufnya. Ia disinyalir mengajarkan tasawuf yang menyimpang. Lebih jauh lagi, ia juga dituduh mengkomersilkan majelis tarekatnya. Seperti salah satu tulisan yang saya baca pagi ini, “tarekat mau jualan tazkiyah nafs dan bimbingan dzikir dan akhlak sebagaimana tarekat lain […]
tasawuf

You May Like