Khilafah.id – Benarkah ada khilafah Islamiyah? Pertanyaan ini penting untuk diulas kembali. Sekalipun tema ini tidak pernah habis dibahas oleh para ulama Islam, akan tetapi penting untuk mendudukkan term ini lebih jelas.
Dalam sebuah video di youtube yang diunggah oleh akun Extranews pada 28 juni 2016 lalu, Syaikh Ahmad Thayyib menerangkan secara gamblang tentang konsep khilafah/ imamah dalam Islam.
Di dalam sejarah umat Islam, memang dikenal ada beberapa dinasti khilafah Islamiyah yang dikenal dengan beberapa Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah dan Khilafah Islamiyah di Turki. Namun, demikian apakah dinasti-dinasti tersebut sebagai khilafah Islamiyah?
Salah satu point utama layak menjadi pertanyaan adalah adakan model khilafah Islamiyah yang diusung oleh Hizbut Tahrir (HT) merupakan representasi dari kekhalifahan Islam. Hal ini bisa dilihat dari adanya pandangan bahwa seluruh umat Islam di Dunia sepantasnya berada dalam satu khilafah (kepemimpinan).
Menyikapi ajakan untuk mendirikan khilafah Islamiyah, sejumlah pemikir muslim dunia, mulai mengkritisi berbagai pandangan yang cendrung mengarah kepada khilafah Islamiyah. Salah satunya adalah Syaikh Ahmad Thayyib, Pemimpin tertinggi Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir ini menerangkan bahwa tidak ada satu role model khusus kepemimpinan dalam tubuh umat Islam. “Kata khilafah dan Imamah merupakan satu term yang sama dalam tradisi Ahli Sunnah Wal Jama’ah.” Jelasnya.
Kelompok Hizbut Tahrir mengatakan bahwa khilafah Islamiyah adalah salah satu syarat wajib untuk mendirikan dan menegakkan syariat Islam. “Term khilafah Islamiyah bukanlah disebutkan (manshus) dalam al-Quran maupun Sunnah. Oleh karenanya para ahli al-Quran dan para ulama seluruh dunia menafsirkan secara berbeda. Karena tidak ada nash yang jelas, maka perlu ijtihad yang sesuai dengan realitas (waqi’),” tambahnya.
Sejak era penyebaran agama Islam di berbagai Negara, pada dasarnya mereka tidak bisa dijadikan menjadi satu kepemimpinan. Menurut Syaikh Ahmad Thayyib, bahwa model kepemimpinan bisa diserahkan kepada manusia yang mengaturnya. Bagi Syaikh Ahmad Thayyib, bahwa tidak ada satu nash (al-Quran maupun Sunnah Nabi) yang menentukan model pemerintahan atau berdasarkan satu model.
Dalam penjelasannya, syaikh Ahmad Thayyib menegaskan apapun model maupun namanya sangat ditentukan oleh berbagai latar belakang budaya dan bangsa yang berbeda. Dengan demikian, tidak mungkin dihimpun menjadi satu bendera yang mencakup seluruh bangsa.
Alasan didirikannya dan ditegakkannya syariat Islam menurut Syaikh Ahmad Thayyib seharusnya didasarkan oleh kemaslahatan. “Setiap ajaran syariat Islam mesti didasarkan oleh penegakan kemaslahatan dan menolak kemudaratan bagi orang lain.” Jelasnya.
Fahmi Suhudi, Peneliti el-Bukhari Institute.