Khilafah.id – Iklim politik di Indonesia beberapa waktu belakangan ini diwarnai adanya politisasi dan komodifikasi agama. Padahal pemilu 2024 masih terbilang jauh, namun seakan mereka para oknum yang bermain di belakang politik agama tak mau kehilangan moment mempersiapkan sedari dini.
Bahkan, tak sedikit mereka memanipulasi agama sebagai alat politik sebagai senjata untuk provokasi. Ini tentu bukan ajaran Islam yang pada hakikatnya menebarkan rahmatan lil ‘alamin.
Politisasi dan komodifikasi agama menjadi seolah-olah ajaran agama manakala disampaikan oleh tokoh agama yang menyebar fitnah keji dengan tanpa dasar terhadap kelompok lain yang berbeda pandangan politik.
Dengan kata lain, politisasi dan komodifikasi agama sangat mungkin lekat dengan aksi ujaran kebencian baik melalui ucapan atau tulisan seseorang berkaitan dengan politik yang dibungkus agama. Aksi tersebut bertujuan untuk mencari dukungan dan simpati massa, tak peduli walau dengan menyebar dan menyulut kebencian terhadap kelompok lainnya.
Padahal Allah SWT sendiri melarang manusia untuk melakukan perbuatan menghasut, provokasi, ataupun mengadu domba. Perbuatan menghasut ini pun merupakan diantara contoh dosa besar. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Q.S. Al-Qalam: 10-11 yang artinya, “Dan janganlah kamu ikuti siapapun yang mengobral sumpah lagi berkarakter rendah, yang suka mencela yang senang mengadu domba (memfitnah). Artinya bahwa kita dianjurkan untuk menghindari dan menghindari perilaku menghasut dan menjauhi atau tidak mengikuti para penghasut.
Sementara, dalam Hadis Riwayat Bukhari, yang artinya, “Maukah kalian aku beritahu tentang orang-orang yang paling buruk di antara kalian. Yaitu orang-orang yang kerjanya mengadu domba (menghasut), yang gemar mencerai beraikan orang-orang yang saling mengasihi/bersahabat, dan yang suka mencari kekurangan pada manusia yang tidak berdosa”.
Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW memberikan penjelasan mengenai orang paling buruk. Salah satunya adalah penghasut. Demikianlah penggambaran dari para penghasut yang sangat buruk dan hina. Oleh karenanya, sudah semestinya kita hindari dan jauhi.
Bahkan dalam riwayat lainnya, Rasulullah SAW secara tegas menyatakan para penghasut tidak akan masuk surga. Hal ini sebagaimana H.R. Muslim yang artinya Dari Hudzaifah, beliau mendapatkan laporan tentang adanya seseorang yang suka melakukan adu domba maka beliau mengatakan bahwa beliau mendengar Rasulullah bersabda, ” Pelaku adu domba tidak akan masuk surga.”
Perlu ditekankan lagi bahwa sejatinya tindakan hasutan adalah perbuatan setan. Ini adalah perbuatan yang harus selalu kita hindari untuk menggapai derajat manusia mulia. Dan kita juga tentunya enggan melakukan sesuatu yang dibenci Allah SWT.
Dari sini kita harus menolak bahkan melawan hasutan para oknum yang melakukan politisasi dan komodifikasi agama. Jangan pernah kita terhasut sekalipun yang mengatakan adalah tokoh agama. Karena sejatinya hakikat ulama sesungguhnya adalah mereka yang tak menggadaikan agamanya demi kepentingan politik.
Hati dan lisan kita harus selalu dijaga untuk senantiasa berada pada perbuatan yang dicintai oleh Allah SWT. Apalagi, dalam Islam juga mengajarkan untuk menjauhi perbuatan seperti berdusta (hoaks), hasutan, mengumpat, menyebar desas-desus atau adu domba, provokasi, dan bersumpah palsu, termasuk juga memanipulasi fakta berbalut politisasi dan komodifikasi agama.
Sebagai upaya memberantas berbagai ilusi adu domba dan hasutan berbalut politisasi dan komodifikasi agama tersebut tentunya perlu adanya counter narrative yang berdasarkan nilai kedamaian dan keadilan. Iklim kebangsaan yang tercemar narasi hasutan harus segera kita redakan supaya tidak menjalar kemana-mana.
Sesegera mungkin kita turut ambil bagian untuk menangkal politisasi dan komodifikasi agama tersebut supaya dapat kita tumpas sampai ke akar-akarnya. Bukan malah acuh atau apatis membiarkannya begitu saja. Karena kejahatan tersebut kalau dibiarkan akan seumpama dengan bola salju yang menggelinding, semakin membesar dan bisa menggilas siapa saja yang dilewatinya.
Karena itu sudah sepatutnya kita tidak mudah termakan omongan kaum radikal yang melakukan politisasi dan komodifikasi agama. Kita harus segera melapor kepada pihak yang berwajib manakala mendapati berita informasi meresahkan itu. Harapannya kehidupan berbangsa dan beragama akan aman, nyama, dan damai bebas dari politisasi dan komodifikasi agama.
Suwanto, Pengurus Takmir Masjid Kagungan Dalem, Lempuyangan Yogyakarta dan Pengajar di Pondok Dompet Dhuafa Jogja.