Khilafah.id – Memang sudah lama organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dibubarkan oleh pemerintah yang sah. Alasan pembubaran ini adalah HTI diputuskan sebagai organisasi yang memiliki ideologi yang bertentangan dengan ideologi Indonesia.
HTI menolak Pancasila sebagai pilar ideologi negara merah putih itu. Bahkan, HTI bersikeras mengganti sistem Demokrasi dengan sistem Khilafah. Apa yang direncanakan dan dilakukan HTI jelas melawan eksistensi negara ini. Tidak ada cara lain merespon organisasi ini selain melawannya.
Meski sudah lama dibubarkan, jangan kira HTI berakhir sampai di situ. Orang-orang HTI memang bandel dan nakal. Tak heran, jika selepas pembubaran, ideologi HTI masih berseliweran di mana-mana. Buktinya, kemarin anak Gema Pembebasan UIN Jakarta melakukan aksi di Senayan dan menyerukan untuk menerapkan Syariat Islam dan tegaknya Khilafah.
Tindakan Gema Pembebasan UIN Jakarta tersebut membuktikan bahwa mahasiswa HTI masih berkeliaran di mana-mana, termasuk di lingkungan kampus yang jelas-jelas menolak ideologi HTI. Apalagi sekelas kampus UIN Jakarta. Perhatikan saja rektor-rektornya. Sebut saja, Komarudin Hidayat, Azyumardi Azra, Quraish Shihab dan rektor sekarang Amany Lubis.
Para rektor itu jelas penolakannya terhadap ideologi HTI. Pernah Azyumardi Azra menegaskan bahwa Khilafah yang diusung oleh HTI berbeda dengan Khilafah yang ditegakkan oleh beberapa sahabat Nabi. Khilafah sahabat Nabi dan juga tabiin menunjukkan sistem kerajaan bukan sistem monopoli kekuasaan yang dipahami HTI.
Quraish Shihab pun pernah menulis buku “Khilafah Peran Manusia di Bumi”. Di dalam buku ini diuraikan istilah Khilafah yang disalahpahami oleh kelompok HTI. Di dalam Al-Qur’an disebutkan kata Khalifah yang berarti manusia yang mengemban amanah Tuhan untuk mengatur sistem bumi. Maksudnya, manusia ini dapat dikategorikan sebagai khalifah jika mereka mampu menebar kemaslahatan di muka bumi.
Standar kemaslahatan yang ditegaskan Al-Qur’an jelas mengkritik Khilafah versi HTI yang ditegakkan hanya untuk kepentingan politik semata, bukan untuk kepentingan kemanusiaan. Kepentingan politik ini merupakan kepentingan pribadi yang berlawan dengan spirit agama Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi semesta.
Perlu kiranya kehati-hatian dalam menghadapi kelompok HTI. Mereka masih tetap hidup meski sudah lama dibubarkan. Langkah terbaik dalam menghadapi HTI adalah melawannya bukan menjadikan teman. Mereka bukan sahabat baik tapi justru musuh yang picik. Melawan HTI adalah bentuk kepedulian dalam menjaga keutuhan suatu negara.
Tindakan Gema Pembebasan UIN Jakarta jelas mempermalukan dan mencemarkan nama baik kampus UIN tersebut. UIN Jelas menolak ideologi HTI. Jika ada mahasiswa yang ikut HTI berarti mereka sebenarnya bukan mahasiswa tapi penyusup. Jangankan di kampus, di ranah pemerintahan masih banyak orang HTI.
Sebagai penutup, tugas UIN Jakarta bukan hanya mengajar di dalam kampus. Perlu bersih-bersih beberapa ideologi yang berlawanan dengan dengan negara. Kampus harus menjadi benteng negara dari serangan radikalisme. Kalau bukan kampus terus siapa lagi? Jika kampus terbuai dengan radikalisme, berarti negara hampir runtuh.
Khalilullah, Penulis dan pengarang buku-buku keislaman.