Khilafah.id – Pengamat Intelijen Stanislaus Riyanta menyebut ideologi khilafah telah menyebar subur di Indonesia. “Jadi, bukan benih lagi, sudah berupa pohon dan sudah panen,” katanya kepada Medcom.id di Jakarta, kemarin. Menurutnya, kelompok khilafah memperjuangkan ideologinya dengan dua cara.
Pertama, menggunakan pendekatan narasi. Kedua, menggunakan pendekatan aksi kekerasan seperti teror. Paham khilafah di Indonesia, kata dia, tidak berdiri sendiri. Gerekan mereka merupakan bagian dari aksi transnasional dari berbagai macam kelompok yang memiliki tujuan sama untuk mengganti sistem pemerintahan suatu negara.
“Salah satu gerakan transnasional yang dominan ialah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan kelompok lain yang kegiatannya ekstrem,” beber Stanis.
Ia menyebut paham khilafah masuk ke Indonesia melalui media sosial. Dengan demikian, masyarakat mudah menerima narasi-narasi mereka. Ideologi itu menyasar generasi muda yang butuh jati diri, eksistensi, dan aktualisasi. “Jadi, ketika mereka menemukan paham khilafah itu di media sosial, mereka ikut,” ucap Stanis.
Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu sebelumnya meminta masyarakat tak terpengaruh paham khilafah, meskipun paham itu telah masuk ke ranah pendidikan. “Ancaman khilafah sudah terang-terangan ingin mengganti ideologi Pancasila. Ini datang untuk merusak, sudah berjalan di sekolah dan universitas,” ungkap Ryamizard.
Ideologi itu digunakan beberapa kelompok yang ingin memecah belah kesatuan Indonesia. Mereka ingin mendirikan negara sendiri dan berpisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menhan menegaskan paham khilafah sangat bertentangan dengan norma yang terkandung di dalam Pancasila. Mantan KSAD itu tak ingin khilafah berkembang di masyarakat Indonesia.
“Pancasila harus dilestarikan. Kita tidak bisa biarkan mindset pelajar nantinya berubah. Dalam tempo 20-30 tahun lagi, kalau dibiarkan, hancur Indonesia,” tegas Ryamizard.
Sementara itu, Karopenmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menangkap dua terduga teroris di Bekasi, Jawa Barat. Keduanya bagian dari kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi. “Tadi malam ditangkap dua pelaku, dua pelaku ini jaringannya berbeda, tapi memiliki koneksi yang sangat kuat dalam kelompok JAD Indonesia,” kata Dedi.
Kedua terduga teroris, yakni EY, 27, dan YM, 18. EY ditangkap di SPBU Pertamina Jalan Raya Kalimalang, Jakarta Timur. Adapun YM ditangkap di Kelurahan Bojong Rawa, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi. “Dia (EY) menjadi seorang amir JAD Bekasi. Dia menggantikan amir yang sudah ditangkap beberapa tahun lalu oleh Densus 88 ketika terjadi peristiwa bom di Thamrin,” terangnya.
Ferdian Ananda Majni, Jurnalis Media Indonesia.