Khilafah.id – Negeri ini dihuni oleh orang yang tidak sepenuhnya memiliki basic pengetahuan agama yang mendalam. Kedangkalan pengetahuan ini dapat membawa seseorang mudah terpapar doktrin Khilafah.
Orang yang dangkal pengetahuan keagamaannya akan mudah dibohongi bahwa Khilafah termasuk bagian dari sunnah Nabi yang diwariskan ke generasi sesudahnya. Padahal, kenyataannya tidak seperti itu. Nabi tidak pernah mewariskan ajaran Khilafah.
Sebenarnya istilah Khilafah itu dapat ditemukan dalam sebutan “Khulafa’ ar-Rasyidin” yang menunjuk empat sahabat Nabi yang pernah menjadi pemimpin suatu negara, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Kemudian, dilanjutkan beberapa Khilafah berikutnya, yaitu Khilafah Bani Umayyah, Khilafah, Utsmaniyah, dan seterusnya.
Memang benar istilah “Khilafah” itu ada, baik pada masa sahabat dan tabiin seperti yang tersebut tadi maupun pada masa Nabi yang terekam dalam sabdanya: Tsumma takunu ala manhaj an-nubuwwah. Maksudnya, akan ada kembali era Khilafah yang mengikuti metode Nabi.
Masalahnya, Khilafah versi Nabi dan sahabatnya berbeda jauh dengan Khilafah versi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), dan Khilafatul Muslimin (KM). Bedanya di sini, jika Khilafah versi Nabi dan sahabatnya berbentuk sistem negara yang didesain sebebas mungkin selagi menghadirkan kemaslahatan. Sebaliknya, Khilafah versi HTI, ISIS, dan KM berbentuk sistem kekuasaan yang berbeda dengan sistem yang lain semisal Demokrasi, dll.
Selain itu, Khilafah versi HTI, ISIS, dan KM disebut-sebut bagian dari syariat Islam. Klaim semacam ini jelas keliru. Yang benar, Khilafah hanyalah sistem kekuasaan yang tidak lepas dari hiruk-pikuk perpolitikan.
Orang yang dangkal pengetahuan keagamaannya tidak bakal sampai pada titik ini merespons isu Khilafah. Mereka dengan mudah menerima tanpa menfilter, apakah Khilafah itu sistem yang benar atau tidak. Bagaimana dapat dikatakan benar jika Khilafah membawa kepada kemafsadatan?
Lebih dari itu, pengusung Khilafah bisa jadi memiliki sakit hati di masa lalu. Mereka kalah dalam kontestasi politik sehingga mencari jalan lain untuk menyerang balik musuh dengan cara-cara yang tidak baik, salah satunya Khilafah.
Sakit itu bisa jadi juga karena tidak suka dengan sistem pemerintahan yang sedang berjalan. Orang ini biasanya mencari jalan pintas untuk menolaknya, meski jalan itu salah. Banyak pihak oposisi yang menyerang kepemerintahan Pak Jokowi karena mereka tidak suka.
Menyerang itu berbeda dengan mengkritik. Mengkritik punya tujuan ke arah yang lebih baik, sementara menyerang jelas di atas niat yang buruk. Ini yang menjadi alasan mengapa Khilafah menjadi isu yang cukup dimininati oleh pihak oposisi.
Niat yang tidak baik dalam berpolitik jelas sangat membahayakan terhadap eksistensi suatu negara. Bisa jadi negara hancur karena terporak-poranda sistem Khilafah yang tidak baik. Ini membuktikan kelakuan pengusung Khilafah tidak memiliki cinta sedikitpun terhadap negara sebagai tanah airnya.
Sebagai penutup, agar selamat dari doktrin Khilafah, maka diperlukan bekal pengetahuan agama yang mapan dan memiliki cinta yang tulus terhadap negara sebagai tanah airnya sendiri. Jika dua hal itu tidak ada dalam diri seseorang, maka dipastikan mereka terpapar doktrin sampah Khilafah.
Khalilullah, Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional.