Khilafah.id – Bulan puasa Ramadhan akan segera berakhir. Selanjutnya umat Islam akan menjalankan prosesi Idul Fitri. Fitri berarti suci, karena manusia dilahirkan dalam keadaan suci dari kesalahan dan dosa. Fitri juga berarti agama, itu karena dengan agama seorang Muslim dapat menghantarkannya kepada posisi suci. Nilai suci dalam rangkaian kesucian umat manusia juga berarti suci kemanusiaannya, suci dari mengimplementasikan hal-hal ketidakadilan dan ketidakmaslahatan, serta suci dari perbuatan yang berpotensi memecah-belah umat manusia.
Pada konteks berbangsa dan bernegara, kembali ke fitri berarti menebar rasa persatuan dan kesatuan satu bangsa. Memastikan tidak ada satu orangpun di dalam suatu negara yang merasa direndahkan harga diri dan namanya. Kembali ke fitri juga berarti kembali menguatkan rasa kasih sayang antar sesama bangsa, tanpa melihat latar belakang agama, keyakinan dan kepercayaannya. Kembali ke fitri pun dapat berarti memanusiakan manusia, setiap manusia dihormati kemanusiaannya, baik yang masih hidup atau bahkan yang sudah mati.
Sebagai satu bangsa, kembali ke fitri bermaksud juga kembali kepada penghayatan nilai-nilai ideologi bangsa, menghayati setiap butir makna Pancasila untuk dapat teraplikasikan dengan adil dan bijaksana. Sebaliknya, kembali ke fitri pun harus dapat menolak ideologi yang akan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, termasuk ideologi khilafah. Karena khilafah bertentangan dengan fitrah manusia yang menghendaki kemaslahatan dan kebaikan umat. Khilafah hanya memperkeruh suasana di tengah keberagamaan dan keberagaman bangsa Indonesia.
Menolak khilafah merupakan salah satu bentuk pengaplikasian fitrah manusia yang selalu menginginkan nilai-nilai perdamaian di tengah umat. Fitrah manusia yang selalu bercita-cita hidup dalam nuansa keadilan sosial. Sebab khilafah adalah ideologi yang telah terbukti memperkeruh suasana kebangsaan di berbagai negara dunia. Khilafah telah melahirkan kelompok-kelompok teroris seperti ISIS dan Hizbut Tahrir yang telah terbukti beberapa kali melakukan aksi-aksi kekerasan dan pertikaian di tengah umat, baik di negara Muslim atau mayoritas non Muslim. Khilafah merupakan ideologi yang cacat keadilan sosial, sebab menomorduakan bahkan menganggap hina agama-agama selain yang diyakininya.
Alasan lain mengapa harus menolak khilafah dalam momentum fitrah manusia di Hari Raya Idul Fitri sebab ideologi khilafah bertentangan dengan visi dan misi Idul Fitri yang mencitakan umat manusia dari golongan apapun dapat bersatu dalam satu tujuan negara dan bangsa. Umat beragama Islam, di hari raya Idul Fitri, dituntut untuk memberikan maaf kepada umat beragama lain, atau sebaliknya. Momentum ini tidak akan terwujud sebab ideologi khilafah selalu mengesampingkan peran orang-orang non Muslim dalam konteks bernegara dan berbangsa. Sikap saling maaf-memaafkan mustahil didapatkan di hari raya manakala sebagian kelompok tidak dapat memberikan keadilan kepada kelompok lain.
Fitri yang bermaksud kembali kepada naluri kesucian manusia juga menyadarkan manusia bahwa dirinya berasal dari tanah. Kesadaran ini mesti membuat manusia mencintai tanah Air sebagai Ibu Pertiwi yang telah membesarkan dan melindunginya dari sengatan musuh. Idul Fitri mestinya meneguhkan dan kembali memperkokoh nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah Air. Ini bertolakbelakang dengan ideologi khilafah yang justru menolak konsep nasionalisme. Bagi khilafah, nasionalisme bertentangan dengan Islam yang mengharuskan persatuan Islam global. Maka, idul fitri dan khilafah adalah dua hal yang esensinya tidak akan pernah bertemu dalam satu misi. Maka, menolak khilafah berarti sebuah upaya untuk mebgembalikan fitrah manusia yang mencintai tanah Airnya.
Selain itu, idul fitri juga menjadi momentum bagi umat Islam untuk sadar bahwa naluri manusia adalah memusuhi Iblis, yang telah menjerumuskan Bapak Adam dan Ibu Hawa saat di Sorga dahulu. Iblis memfitnah dan mengadu domba Tuhan dan mereka. Sehingga pada akhirnya mereka harus keluar dari neraka. Sifat iblis yang gemar memfitnah dan mengadu domba, kerap kali lahir dari ideologi khilafah yang memfitnah dan mengadu domba Pancasila dan Demokrasi sebagai sistem kufur. Khilafah juga memfitnah pemerintahan yang sah sebagai pemerintahan taghut yang tidak patut ditaati umat Islam. Maka naluri fitri seharusnya menguatkan jiwa raga umat Islam untuk menolak khilafah, Iblis-iblis modern yang kerap tebar fitnah di tengah umat.
Akhirnya, idul fitri menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk kembali menanamkan nilai-nilai luhur, keadilan, dan kemaslahatan di tengah umat beragama dan umat berbangsa. Adagium manusia kembali seperti bayi yang baru lahir dari rahim seorang ibu ada pada posisi idul fitri ketika umat manusia berhasil mengejewantahkan nilai-nilai persatuan, kesatuan, dan keadilan sosial. Lebih dari itu, momentum idul fitri yang berarti kembali kepada kesucian berarti menolak khilafah yang merupakan ideologi pemecah-belah umat, ideologi yang menyulut kebencian, dan ideologi yang justru menolak naluri manusia untuk mencintai tanah Airnya. Fitrah manusia sebagai makhluk yang mencita-citakan kemaslahatan bertentangan dengan khilafah yang mengundang kadhorotan.
Lufaefi, Mahasiswa PTIQ Jakarta.