Kenapa Memperjuangkan Khilafah selalu Berujung Bencana?

Khilafah

Khilafah.id – Jika merujuk pada sejarah peradaban Islam dengan sistem khilafah tentu tidak ada kata baku tentang apa yang disebut sistem khilafah. Dalam setiap fase, sistem ini terus berganti sesuai dengan pemenang kekuasaan. Tidak pula bisa dikatakan khilafah sebagai sistem sentral, karena di saat bersamaan ada pula kekuasaan lain yang juga mengklaim khilafah.

Begitu pula, goresan tinta sejarah perebutan khilafah juga tidak semanis dengan apa yang telah dicapai dalam masa keemasan Islam. Tragedi, konflik dan pertumpahan darah internal umat Islam adalah bagian dari sejarah yang tidak bisa diabaikan dengan hanya menceritakan zaman keemasan yang pernah diraih.

Tentu semua adalah bagian dari sejarah Islam yang penuh suka dan cita. Penuh dengan cerita keemasan dan kecemasan pada masanya. Sejarah telah berganti. Negara-negara sebagai pusat peradaban Islam masa lalu memilih jalan yang berbeda dengan menampilkan negara sendiri yang mandiri. Apakah itu akhir dari sejarah khilafah?

Peta dan Jenis Gerakan Pejuang Khilafah

Banyak sekali kelompok aliran keagamaan yang memiliki satu visi memperjuangkan khilafah atau tegaknya syariat Islam dalam satu negara, atau global. Di Indonesia, agenda ini dimulai dari Negara Islam Indonesia (NII) yang berujung pada ketidakmashlahatan para anggota dan jamaahnya. NII menjadi benalu dalam negara ini karena seringkali melakukan pemberontakan dan kekerasan.

Tentu NII tidak selesai. Masih ada gerakan bawah tanah mereka dengan bermimpi menegakkan syariat atau negara agama. Dalam perjalanannya, para eks NII mendirikan organisasi baru dengan semangat yang sama. Jamaah Islamiyah (JI) berdiri dengan dua tokoh sentral lulusan NII, Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar. Sepak terjang JI melampaui gerakan NII yang dapat berafiliasi dengan jaringan global.

JI membuat gebrakan baru dalam sejarah terorisme di Indonesia pada awal tahun 2000-an yang dilakukan anggotanya yang eks pejuang yang mendapatkan pelatihan di Afganistan. Bertahun-tahun lamanya gerakan ini membuat bangsa Indonesia terus dihantui teror di berbagai daerah. Gerakan ini pun terus berubah dan terpecah berdasarkan faksi yang ada.

Salah satu yang membuat perpecahan adalah munculnya gerakan baru dari Timur Tengah tepatnya ISIS pada tahun 2014. Organisasi JI dan anggotanya mengalami kegalauan. Ada yang bergabung ke ISIS dan membentuk organisasi baru. Sebutlah salah satunya JAD, komando Aman Abdurrahman, dengan gerakan yang lebih militant dan brutal setelah baiat ke ISIS. Ada pula yang memisahkan diri seperti JAS yang memilih jalan dakwah. JI tetap berjalan dengan konsolidasi organsiasi, pendanaan dan pendidikan sebelumnya akhir menyatakan diri pada tahun ini.

Di luar area ini, ada gerakan lagi yang juga memiliki impian khilafah atau tegaknya syariat Islam. Hizbut Tahrir atau di Indonesia dikenal Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Impian HTI memang lebih meluas tentang bersatunya negara-negara Islam berdasarkan kepemimpinan khalifah global. Gerakan trans-nasional ini masuk ke Indonesia sudah cukup lama, tetapi memilih jalan harakah tanpa kekerasan. Pendidikan, pengkaderan dan penguatan organisasi diambil sebagai jalan untuk “mendakwah” khilafah di tengah masyarakat.

Memang tidak ada irisan secara langsung dengan gerakan seperti Al-Qaeda dan ISIS. Namun, eks anggota HTI yang kecewa dengan pendekatan lunak dan pemikiran, banyak pula yang memiliki jalan kekerasan dengan bergabung dengan al-Qaeda dan ISIS. HTI dengan pemikiran bukan berarti tidak bahaya, karena ia kadang menjadi musuh selimut dalam suatu negara. Tentu mereka banyak memasukkan kader di berbagai organisasi dan pemerintahan sebelum akhirnya tercium dan dibubarkan oleh negara.

Masa Depan Gerakan Khilafah

Semua elemen gerakan keagamaan dengan visi penegakan syariat Islam dan khilafah di atas tentu masih ada di tengah masyarakat. Baik dari kelompok gerakan kekerasan ekstrem maupun gerakan pemikiran dan pendidikan masih terus melangsungkan gerakannya. Mereka tidak sepenuhnya punah karena ideologi mereka terus menjadi pegangan bagaimana menegakkan syariat agama dan sistem khilafah.

Mengapa gerakan seperti itu pada akhirnya menimbulkan bencana? Kenapa gerakan seperti itu pada akhirnya mengambil jalan kekerasan? Mengapa mereka tidak pernah sadar bahwa gerakannya adalah bagian dari membuat kerusakan di muka bumi?

Jawabannya sangat sederhana, karena itu bagian dari keyakinan yang selalu dipolitisasi oleh para tokoh dan ideolognya. Itulah ideologi yang mengakar yang dibangun sejak lama akibat pertentangan politik. Gerakan seperti ini telah terjadi di berbagai negara dan menyumbangkan tokoh-tokoh penting yang dijadikan inspirasi termasuk di Indonesia.

Pilihan menegakkan syariat agama dan khilafah di tengah negara saat ini akan selalu berujung pada kata perlawanan. Sistem yang ada dianggap sebagai sistem bobrok yang harus diganti. Gerakan ekstrem al-Qaeda dan ISIS mengatakan sistem kafir dan thagut yang harus dimusuhi. HTI memilih lebih akademis bahwa sekularisme, liberalisme dan demokrasi haram karena bertentangan dengan prinsip Islam.

Perlawanan ini akan selalu memunculkan dua stimulus gerakan. Satu jalur, ingin melakukan perubahan dengan cara melawan status qou dengan kekerasan. Gerakan ini tidak gentar melakukan serangan yang dianggap sebagai kondisi perang terus menerus. Tidak perlu melihat sasaran karena yang dituju adalah pusat perhatian agar negara bertindak dan mempengaruhi kebijakan.

Jalur lainnya, terus melakukan kampanye gerakan untuk mendelegitimasi pemerintahan yang ada dan membuat propaganda di tengah masyarakat. Bentuk halus mereka adalah membentuk gugusan pemuda, perempuan, dan anak-anak untuk menggemakan khilafah. Bagi mereka perjuangan tidak akan pernah usai dan terus mendoktrin generasi-generasi bangsa ini. banyak sekali kamuflase media dari kelompok ini yang dibuat dengan sasaran yang spesifik. Bahkan mereka terus membuat dan membentuk tokoh dan influencer yang lebih adaptif dengan anak-anak muda.

Apakah gerakan ini akan berakhir? Tentu saja tidak. Impian yang disulut oleh ideologi yang berakar dari perasan pemikiran keagamaan tidak akan pernah usai. Setiap fase dan masa selalu ada kader yang diteruskan untuk melanjutkan estafet kepemimpinannya. Bagi mereka ini adalah agenda perjuangan yang diamanatkan agama.

Gerakan ini selalu optimis dengan janji tegaknya syariat agama dan khilafah dengan sambil memandang semua di luar mereka adalah sistem buruk dan dalam taraf tertentu kafir. Mereka menganggap diri dan kelompoknya sebagai kelompok yang beruntung yang memegang teguh ajaran agama, sementara yang lainnya adalah kaum munafik dan kafir.

Mereka bangga dengan perasaan paling benar dan berhak disebut mujahid. Mereka bangga sebagai pejuang sementara yang lain adalah kaum jahiliyah modern apapun agamanya. Di luar mereka adalah kotor yang tidak boleh mengkontaminasi kemurnian mereka.

Karena itulah, karakter kelompok ini sangat ekslusif dari komunitas luas. Namun, mereka terus tanpa lelah merekrut anggotanya. Bagi mereka inilah dakwah untuk mengajak seluruh umat yang saat ini tersesat dalam sistem yang tidak islami. Siapa sasarannya?

Anak-anak muda baik laki-laki dan perempuan sebagai ladang bagi penyebaran impian negara khilafah ini. Mereka sangat militant terus menerus melakukan propaganda dan perekrutan di berbagai lini sosial. Dari ajakan yang sangat halus tentang dakwah keagamaan hingga dididik dengan doktrin peta politik dalam perspektif mereka.

Fahrizal Afandi, Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Dr. Fadhl: Dari Mentor Al-Qaeda ke Aktualisasi Jihad Kontemporer

Sel Agu 13 , 2024
Khilafah.id – Di tengah padang pasir yang gersang, di balik jeruji besi yang dingin, atau di sudut-sudut kota yang riuh, terkadang kita menemukan kisah-kisah yang mengejutkan. Kisah-kisah yang mengajarkan kita bahwa perubahan selalu mungkin, bahkan bagi mereka yang kita kira telah terkunci dalam ideologi yang kaku. Inilah kisah Dr. Fadhl […]
Fadhl

You May Like