Khilafah.id – Terorisme bukanlah isu yang baru-baru ini terdengar di tengah-tengah publik. Pada masa dulu pun terorisme telah dilakukan Dzul Khuwaisirah yang tidak menerima atas keputusan Nabi.
Terorisme ke depan semakin berkembang. Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) adalah salah satu penegak terorisme di era mutakhir. Salah seorang warga negara Indonesia yang terpapar akan paham ini adalah Nurshadrina Khaira Dhania.
Dhania terpapar ideologi dan rayuan paham ISIS melalui media sosial. Pada saat itu, ia masih belajar di bangku SMA. Paham ISIS bukan hanya memengaruhi dia seorang, tetapi juga keluarganya.
Dhania berangkat ke Suriah, tempat di mana ISIS berkuasa, bersama belasan keluarganya, termasuk ayah, ibu, kakak, adik, nenek, paman, dan lain-lain pada 2016 lalu. Keberangkatan mereka diyakininya sebagai langkah hijrah dari Negara Indonesia yang dianggapnya Negara Kafir.
Begitu Dhania bersama keluarganya sampai di Suriah. Mereka merasakan sesuatu yang berbeda dari apa yang mereka bayangkan sebelumnya. Ternyata, mereka hidup tersiksa dengan kebiadaban dan kesadisan ISIS.
Janji-janji manis ISIS yang pernah Dhania bayangkan sebelumnya hanyalah isapan jempol belaka. Ia benar-benar di-pehape-in. Saban hari ia dipaksa melihat kekerasan dan pembunuhan yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Sungguh sangat menakutkan!
Kekecewaan Dhania sekeluarga membuatnya berpikir untuk melarikan diri dari Suriah dan memilih kembali ke tanah air sendiri. Beruntung, mereka bisa keluar dari Suriah dan dipulangkan oleh pemerintah Indonesia, melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2017 lalu.
Dhania berpikir bahwa hijrah yang sebenarnya bukan meninggalkan Indonesia, tapi meninggalkan Suriah. Sekarang Dhania berjanji setia kepada NKRI dan kemudian melakukan kontra-terorisme di beberapa forum seminar. Ia menyarankan kepada generasi muda untuk berhati-hati dengan bujuk rayu ISIS dan paham radikal lainnya.
Generasi muda hendaknya kritis dalam menerima informasi. Sikap kritis ini, sebut Dhania, telah disinggung dalam surah al-Hujurat ayat 6, bahwa jika ada orang fasik membawa berita penting, maka periksalah agar kita dan orang lain selamat.
Lebih dari itu, Dhania membuka kedok orang yang terpapar paham radikal. Mereka tidak dapat dinilai dari penampilannya; apakah jenggotan atau tidak. Akan tetapi, mereka dapat dilihat dari gagasannya saat diajak diskusi atau membaca tulisannya. Mereka terpapar paham menyesatkan ini karena pemahaman agamanya yang kurang. Mereka memahami ayat atau hadis secara parsial (sepotong-sepotong) kemudian dibuat doktrin. Padahal ayat-ayat atau hadis-hadis itu saling menjelaskan satu sama lain.
Paham radikal yang tersebar di medsos sulit untuk dihapus. Karena, penyebarnya melakukan aksinya bukan hanya pada satu akun, melainkan banyak akun. Meski, akun mereka dihapus, mereka buat lagi dan lagi. Maka dari itu, sesuatu yang dilakukan untuk mencegah radikalisme bukan hanya melalui kontra-narasi saja, tetapi memberikan pengajaran terkait bahayanya radikalisme kepada masyarakat.
Sebagai penutup, kisah Dhania hendaknya dijadikan pengingat bagi kita semua untuk lebih waspada akan radikalisme. Paham ini bukan hanya ada di dunia maya, tapi benar-benar ada di dunia nyata.
Khalilullah, Lulusan Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.