Khilafah.id – Youtube, Tiktok, Facebook, Instagram dan berbagai jenis media sosial lainnya adalah ruang bebas yang mampu menghidupkan segala ruang. Wacana jenis apapun bisa ditampung di media sosial yang dihidupkan oleh para netizen. Tidak terkecuali persoalan agama. Ia menjadi persoalan ciamik ketika dihadapkan dengan media yang menciptakan identitas-identitas keagamaan.
Narasi keagamaan yang berkembang di media sosial, apabila diurai dalam beberapa hal, setidaknya ada tiga persoalan mendasar yang mempengaruhi kontestasi tersebut di ruang digital, yakni: Pertama, keterbatasan pemahaman keagamaan. Tidak semua orang mendapatkan akses untuk memperoleh pengetahuan agama dari tokoh agama yang mumpuni di bidangnya. Ruang digital sangat terbuka dan tidak terbatas menjadi lahan subur konten yang menarasikan agama tidak moderat. Bentuknya bermacam-macam mulai dari video, quotes, artikel hingga ceramah audio visual yang mudah diterima oleh masyarakat.
Kedua, bergesernya otoritas keagamaan. Merebaknya narasi keagamaan di ruang digital menyebabkan bergesernya otoritas keagamaan. Media sosial menjadi ruang seseorang untuk memiliki otoritas yang besar terhadap kemampuan agama yang dimiliki. Pengetahuan yang lahir dari ruang sangat luas itu liar dan menghilangkan subtansi. Pada akhirnya akan melahirkan kelompok yang fanatik, eksklusif dan tidak bisa menerima keragaman.
Ketiga, pola pikir dan perilaku berlebihan. Dengan banyaknya narasi keagamaan yang tersebar di media sosial, akan menciptakan pola pikir berlebihan karena tidak bisa memfilter narasi keagamaan yang mau dikonsumsi sebagai sarana pengetahuan.
Uraian pembahasan ini mengakibatkan bahwa media sosial menjadi halaman yang sangat luas dalam menampung segala jenis paham keagamaan. Hal yang paling ditanyakan adalah apakah masyarakat siap dengan literasi agama untuk menerima segala paham keagamaan yang bisa dikonsumsi di media sosial?
Peningkatan literasi agama ini harus dipahami juga dengan memposisikan diri sebagai bangsa Indonesia yang memiliki kewajiban untuk menjaga persatuan dan kesatuan NKRI. Artinya, kita wajib menolak paham keagamaan yang bertentangan dengan NKRI. Apalagi paham keagamaan yang dapat menghancurkan keutuhan dan menyebabkan perpecahan dalam tubuh bangsa Indonesia.
Strategi Media Sosial Aktivis Khilafah
Jika organisasi teroris, seperti ISIS, menyebarluaskan ideologinya dengan mengembangkan “Virtual Calliphate”, dengan memanfaatkan seluruh media sosial, seperti Facebook, Telegram, Twitter, Tumblr, Whatsapp, dan Youtube sebagai sarana propaganda komunikasi dan perekrutan anggota baru, strategi tersebut tidak jauh berbeda dilakukan oleh para aktivis khilafah lainnya. Para aktivis HTI yang sudah dibubarkan secara keorganisasian, tapi gerakan dan orang-orangnya masih bergerilya, menggunakan strategi yang seperti ISIS lakukan untuk merekrut ataupun melakukan propaganda komunikasi.
Adalah Khilafah Channel Reborn, sebuah nama akun youtube yang berisi tentang ajaran-ajaran khilafah. Jika dilihat dari berbagai video yang sudah dipublish, orang-orang di dalamnya, para penceramah yang dihadirkan, merupakan para aktivis khilafah, termasuk pula Ismail Yusanto. Seperti yang kita ketahui bahwa, sampai hari ini, para pengikut setia media sosial Ismail Yusanto, bisa membaca betul bahwa ia secara nyata mendeklarasikan dirinya sebagai aktivis khilafah. Hal itu jelas-jelas bertentangan dengan ideologi yang sudah dilarang di Indonesia.
Tidak hanya itu, sosok Ismail Yusanto tidak sekedar mendeklarasikan dirinya aktivis khilafah saja. Akan tetapi memanfaatkan media sosial untuk kegiatan dakwah Islam. Segala jenis topik dibahas dari perspektif Islam. Namun kalau dicermati lebih jeli berkenaan dengan konten yang sudah diproduk oleh channel youtube itu, isinya tidak lebih dari kampanye hitam, untuk mengkampanyekan khilafah. Ideologi yang sudah jelas-jelas membunuh bangsa Indonesia, menghancurkan keutuhan bangsa adalah ideologi yang wajib diberantas oleh kita semua.
Akun youtube Khilafah Channel Reborn, merupakan salah satu dari sekian banyak chanel youtube milik aktivis khilafah untuk mempromosikan pendirian negara Islam. Mereka terus melakukan propaganda untuk menebar kebencian kepada pemerintah dengan mengkritik segala kebijakan. Channel youtube yang digagas oleh para aktivis khilafah bukanlah channel dakwah. Akan tetapi sebuah alat untuk menyebarkan kampanye khitam ideologi khilafah.
Bahkan bukan hanya youtube saja, mereka bergerilya dengan segala jenis platform seperti Instagram, Website, sehingga strategi mereka tidak hanya berbentuk visual semata akan tetapi juga audio visual, gambar, atau meme, yang bisa menjangkau lebih banyak massa untuk mendukung terhadap ideologi yang diusung oleh para aktivis khilafah, yakni mendirikan negara Islam.
Muallifah, Perempuan Madura yang sedang aktif di komunitas Puanmenulis.