Khilafah.id – Narasi hoaks sering muncul di platform-platform online yang dibuat oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan sulit dihindari, karena jejak digital sampai kapan pun akan terus ada. Negara dapat dijadikan ‘kambing hitam’ oleh narasi hoaks.
Para bangsa diharapkan tidak mudah mempercayai narasi-narasi yang mengandung ujaran kebencian atau penyelewengan. Ketika mendapatkan narasi apapun, sepatutnya dicari kebenarannya terlebih dahulu demi keutuhan bangsa dan tidak salah mengikuti.
Narasi hoaks merupakan ‘sampah’ dari sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab, karena tanpa adanya verifikasi dan konfirmasi mengedarkan narasi tersebut. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia atau Kominfo RI, pada akhir tahun 2016 lalu terdapat kurang lebih 800 situs online yang diduga memproduksi virus hoaks, berita palsu, serta ujaran kebencian. Apalagi di tahun 2022 ini, di mana teknologi semakin canggih yang kemungkinan besar situs yang menyebarkan narasi hoaks semakin banyak.
Narasi hoaks itu merugikan banyak pihak. Apalagi jikalau narasinya sudah tersebar luaskan dan diperluas lagi oleh penerima narasi tersebut. Dengan dampak yang begitu besar dan bisa berakibat fatal, maka sangatlah penting saring sebelum sharing. Dicek kebenarannya dulu, baru meletakkan kepercayaan. Jangan sampai terbalik.
Penerima narasi hoaks pasti pikirannya langsung terserang dan kebingungan apalagi orang awam yang diobrak-abrik oleh informasi yang kebenarannya belum diketahui. Tak jarang penerima hoaks yang langsung percaya, pasti langsung menyebarluaskan, di mana itu juga termasuk penyebar hoaks. Hal itu harus segera ditinjaklanjuti agar narasi-narasi hoaks segera termusnahkan. Daripada menyebarluaskan narasi hoaks, lebih baik menyebarkan narasi cerdas sebagai penangkalan hoaks.
Hoaks memang menjadi problem serius yang sedang dihadapi manusia di seluruh dunia, khususnya Warga Negara Indonesia (WNI). Sebagai pengkonsumsi media, tidak bisa dihindarkan dari narasi hoaks, oleh karena itu diperlukan sikap kehati-hatian agar tidak terpengaruh olehnya. Perlu kita ketahui bahwa narasi hoaks umumnya menggunakan judul yang bersifat provokatif.
Sebagai pembaca, dituntut untuk membaca isi narasi secara detail dan mencocokkan antara narasi yang dibuat dalam situs online oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dengan situ online resmi agar mendapatkan kesimpulan yang lebih berimbang.Kemampuan menyaring informasi digital membutuhkan literasi digital.
Menurut Paul Gilster, literasi digital merupakan memahami informasi dari berbagai sumber yang diakses melalui media komputer. Pentingnya literasi digital agar pikiran jernih, rasional, serta dapat memahami inti atau maksud dari setiap informasi dari dunia digital, sehingga tidak mudah dipengaruhi informasi yang disebarkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dan pastinya menyesatkan.
Mencari kebenaran bukan pembenaran maksudnya adalah ketika menerima suatu informasi dari orang lain, maka carilah kebenarannya bukan langsung membenarkan informasi tersebut demi mencegah orang lain merugi. Mencari kebenaran atau melakukan verifikasi dapat dilakukan dengan mencari informasi atau berita yang serupa dari sumber media lain.
Dari situ, seseorang bisa membandingkan dan menilai. Semakin banyak sumber informasi yang di jelajahi, verifikasi akan semakin berimbang dan akan semakin dinilai kredibilitas dan menunjukkan kevalidan informasi.
Bagi pengguna atau pengkonsumsi internet, jika menjumpai narasi-narasi yang menuju kepada hal yang negatif segera adukan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kominfo sehingga dapat ditindaklanjuti atau situs yang mengedarkan narasi tersebut dapat langsung di takedown dari media. Mulai dari sekarang, jangan hanya berlaku sebagai konsumen internet namun juga harus sebagai pengamat agar lebih cermat.
Oleh karena itu, dalam bermedia diperlukan saring sebelum sharing, yang mana sebelum kita meneruskan informasi kepada orang lain alahkah lebih baiknya di saring terlebih dahulu benar atau tidaknya informasi tersebut.
Karena jika kita menshare informasi hoaks maka secara tidak langsung berarti mendukung narasi hoaks dan akan semakin merajalela di dunia digital. Teruslah menyebarkan narasi cerdas sebagai upaya penangkalan yang dapat ‘mengubur’ virus hoaks di tengah-tengah kehidupan bangsa dan negara, sehingga persatuan dan kesatuan antar umat tidak terancam terjadi perpecahan.
Nurul Izzah, Mahasiswa UIN Walisongo Semarang.