Khilafah.id – Indonesia berkomitmen dalam upaya penanggulangan terorisme dalam segala hal. Sejak lama, Indonesia berjejaring dengan beberapa aliansi seperti United Nations Counter Terrorism Implementation Task Force (CTITF), Terrorism Prevention Branch-United Nation Office for Drugs and Crime (TPB-UNODC), dan United Nations Counter-Terrorism Executive Directorate (UNCTED). Terakhir Indonesia melakukan kerja sama dengan UNOCT di bawah Badan PBB Bidang Penanggulangan Terorisme.
Semua ini dilakukan untuk mengimplementasikan 4 (empat) pilar United Nations Global Counter-Terrorism Strategy (UNGCTS) yang menyatukan aspek perdamaian keamanan, pembangunan berkelanjutan, serta HAM dan Kemanusiaan secara komprehensif Kepemimpinan Indonesia dalam penanggulangan terorisme global. Tak dipungkiri hal tersebut membuahkan hasil, yakni berhasil menginisiasi resolusi yang mendorong PBB untuk menyusun panduan mengenai penanganan anak terasosiasi terorisme.
Kali ini, Indonesia diklaim menjadi negara yang berhasil memberantas terorisme. Karena itulah Indonesia menjadi proyek percontohan dalam menanggulangi ekstremisme dan terorisme melalui olahraga. Medan olahraga dipilih karena masyarakat Indonesia memiliki semangat persatuan, keberagaman serta kegemaran perkembangan olahraga yang makin besar.
“Kami bersama UNOCT dan Global Sport menjadikan olahraga memastikan keamanan nasional kita dan mereduksi, mencegah gerakan ekstremis dan terorisme,” kata Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo saat membuka konferensi penanggulangan terorisme melalui olahraga di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Selasa 1 Oktober 2024 19:44 WIB, Antaranews.com).
Apakah sosialisasi pencegahan terorisme akan berhasil dengan melalui olahraga? Jika sosialisasi bisa ke hal-hal lain seperti pendidikan, keagamaan, dan lainnya, saya kira olahraga juga menjadi tempat baik dalam memberikan gambaran jelas bagaimana pentingnya mengetahui bahaya terorisme. Apalagi, olahraga seperti sepak bola dan olahraga lainnya tempat bersemai dan berkumpulnya banyak orang. Akan sungguh sangat miris jika ada bahaya tetapi kita tidak bisa mendeteksinya.
Saya tida mengatakan bahwa kerjasama ini akan efektif sebagai salah satu cara menanggulangi terorisme dan ekstremisme di Indonesia. Paling tidak, ikhtiar ini bisa menjadi perekat sisi keamanan dalam dunia olahraga. Kasus terorisme dalam ajang olahraga, seperti yang terjadi di maraton Boston di Amerika Serikat pada 2013, yang menewaskan tiga orang menjadi salah satu gambaran jelas mengapa terorisme juga mengincar tempat olahraga.
Sejarah Teror dalam Olahraga
Sudah puluhan tahun lamanya, tempat-tempat olahraga menjadi target teror. Tempat olahraga dipilih karena bisa menampung orang banyak, menampung ratusan hingga ribuan penonton. Dalam sejarahnya, tercatat sudah tujuh puluh empat (74) serangan teroris yang menargetkan tempat-tempat olahraga diidentifikasi sejak 1 Januari 1970 hingga 31 Desember 2019.
Di antaranya, tiga puluh tiga (33) serangan, atau 44,6% dari serangan, melibatkan stadion sepak bola atau tempat-tempat sepak bola, sementara 33,8% dari serangan (25 serangan) melibatkan tempat-tempat olahraga yang tidak disebutkan. Dari banyak serangan tersebut, taktik pengeboman atau ledakan adalah metode serangan yang paling sering digunakan, yang mencakup 87,8% dari serangan. Jumlah serangan tertinggi terjadi di Timur Tengah & Afrika Utara. Total, 213 orang tewas dan 699 lainnya terluka dalam serangan terhadap tempat-tempat olahraga (Grace R. Rahman, Terrorist Attacks against Sports Venues: Emerging Trends and Characteristics Spanning 50 Years, 2023).
Membutuhkan Kewaspadaan
Melihat data di atas, arena olahraga memang membutuhkan kewaspadaan yang tinggi. Tempat berkumpulnya orang ini butuh sistem yang kuat dan preventif yang rapi. Ini perlu dilakukan agar menjadi dasar dalam memberi warning terhadap potensi ekstremisme dan terorisme.
Saya tidak mengatakan bahwa terorisme akan terjadi di tempat-tempat olahraga di Indonesia. Tetapi melihat perkembangan teknologi seperti AI, potensial tempat olahraga bisa menjadi sasaran akan teror. Bagaimana cara menghalangi potensi tersebut? Salah satunya dengan cara sosialisasi bahaya terorisme di area olahraga. Boleh dikatakan sosialisasi tersebut tidak akan menghasilkan dampak yang sangat besar. Tetapi sebuah ikhtiar baik bila dijalankan secara sungguh-sungguh demi kepentingan umat, maka menjadi pintu masuk keselamatan bagi orang banyak.
Salah satunya adalah memperkuat ekosistem dengan bekerjasama bersama UNOCT di bawah Badan PBB Bidang Penanggulangan Terorisme. Kerja sama pemerintah Indonesia bersama UNOCT melalui program Global Sport barangkali menjadi cara baru untuk memformulasikan kerja sama antara olahraga dan terorisme demi mencegah akan teror. Hal tersebut juga dapat membantu perencanaan kesiapsiagaan darurat dan respons terhadap gejala terorisme digital.
Dengan cara ikhtiar tersebut, dapat mencegah serangan teroris terhadap tempat olahraga dan mencegah korban massal terjadi. Cara ini bisa diterima apabila memiliki pemahaman yang baik tentang ancaman terorisme. Atau, menghilangkan ingatan bahwa Indonesia tidak darurat akan terorisme.
Agus Wedi, Pegiat sosial.