Menyanggah Khilafahers; Moderasi Beragama Bersifat Elastis Tidak Statis

Moderasi

Khilafah.id – Barang kali narasi tentang moderasi sudah banyak digaungkan oleh para aktivis, cendekiawan dan tokoh-tokoh Agama. Namun, fakta yang ada menarik untuk disoroti. Pertama, tidak sedikit orang-orang yang menawarkan moderasi Agama justru tidak memahami hakikat moderasi itu sendiri. tidak sedikit orang-orang yang memahami moderasi justru cenderung terhadap “ekstrem tengah” sebagai lawan dari ekstrem kiri dan ekstrem kanan. Kedua, meski moderasi beragama sering digaungkan namun tidak henti-henti ada oknom yang melakukan propaganda hingga menimbulkan instabilitas sosial.

Hakikat Moderasi (Wasathiyyah) dalam Al-Qur’an

Pada dasarnya, dalam Al-Qur’an ada banyak ayat yang menunjukan atas nilai moderasi baik secara eksplisit maupun implisit semisal surah Al-Isra: 29, Al-Furqan: 67. Namun disisni akan dipaparkan tentang nilai moderasi ini sebagaimana tercantum dalam surah Al-Baqarah ayat 143.

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا…

“dan demikian pula kami jadikan kalian umat penengah (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi atas seluruh manusia dan agar Rasul (Muhammad) jadi saksi atas kalian…”

Nabi Muhammad sendiri menafsirkan kata “Wasathan” pada ayat di atas dengan adil yang berarti fair. Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya dengan seimbang, atau tidak berat kekanan dan kekiri. Dari pengertian seperti ini, tidak jarang orang-orang yang menggaungkan moderasi malah terjebak dan mengidentikkan moderasi dengan ekstrem “tengah”. Hal ini, juga akan menimbulkan persoalan tersendiri.

Pada dasarnya, moderasi beragama atau istilah Arab-nya Wasathiyah merupakan ramuan dari tiga nilai, yaitu Tawazun, tawassuth dan ta’adul, yang mana tiga nilai itu melekat dengan Agama Islam itu sendiri sebagaimana dikatakan oleh K.H. Afifuddin Muhajir.

Lebih lanjut, K.H. Afif memberikan persepsinya tentang moderasi, yaitu jalan tengah antara dua hal yang berbeda, mislanya A dan B. Menurut Beliau, setidaknya ada dua gambaran yang bisa dikemukakan. Pertama, moderasi bukan A dan B, misalnya konsep Islam tentang nafkah dimana berada diantara kikir dan boros. Artinya, nafkah yang dikeluarkan tidak sampai batas kikir dan juga batas boros melainkan berada diantara keduanya secara seimbang.

Kedua, moderasi berarti bukan hanya A dan bukan hanya B, misalnya Islam antara rohani dan jasmani. Artinya Islam tidak hanya mengatur urusan rohani melainkan juga mengatur urusan jasman secara seimbang. Jika seseorang atau kelompok lebih condong pada jasmani saja maka nilai moderasi bergeser untuk menekankan rohani agar seimbang. Demikian sebaliknya, jika lebih condong pada rohani maka ajaran atau sikap moderasi bergeser lebih dekat kepada jasmani agar keduanya tetap seimbang.

Moderasi Bersifat Elastis Tidak Statis

Dalam memaknai moderasi dari ramuan tiga nilai di atas, Imam Nakha’i memberikan gambaran tentang moderasi yang sesungguhnya. Menurut beliau, jika moderasi diibaratkan timbangan antara ekstrim kanan disebelah dan ekstrem kiri disebelah yang lain. jika ternyata ekstrim kanan berbobot 80% sementara ekstrim kiri cuma 20% maka moderasi berada lebih dekat dengan ektrem kiri agar keduanya seimbang. Sebab jika moderasi itu tetap berada di tengah justru itu tidak akan seimbang karena akan condong pada ekstrem kanan yang mana bobotnya lebih berat.

Begitupun sebaliknya, jika yang ektrem kiri lebih berat atau dominan dan yang ektrem kanan lebih ringan maka moderasi berada lebih dekat dengan ektrem kanan agar antara ektrem kanan dan kiri seimbang. Intinya, moderasi beragama yang sesungguhnya adalah nilai yang elastis tidak stagnan di tengah. Nilai moderasi itu mampu bergerak ke kanan dan ke kiri untuk mengawal keseimbangan dari dua sisi itu. oleh karena itu, tidak selamanya moderasi berada pas di tengah sebagaimana yang telah banyak diidentikkan oleh orang-orang selama ini.

Mohammad Soleh Shofier, Mahasantri Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo dan Pengajar PP. Salafiyah Dawuhan.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Meluruskan Paham Sesat Pengusung Khilafah Tentang Kewajiban Haji

Rab Des 15 , 2021
Khilafah.id – Para pengusung khilafah tidak pernah berhenti menggoreng isu-isu yang belum dapat dipastikan kebenarannya untuk mendukung tercapainya tujuan mereka mendirikan khilafah. Satu di antaranya adalah hoaks tentang kewajiban haji. Mereka menuduh pemerintah Indonesia punya hutang pada Arab Saudi sehingga tahun ini pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan pembatalan perjalanan ibadah […]
Kewajiban Haji

You May Like