Menyudahi Pertentangan Islam dan Demokrasi

islam demokrasi

Khilafah.id – Dalam perdebatan seputar demokrasi dan Islam, terkadang kita melihat dua ide besar ini seakan-akan bertentangan, sebagai dua kekuatan yang tak dapat beriringan. Namun, bagiku, seorang pengamat dari sudut pandang yang tak lekang oleh waktu, perdebatan ini seharusnya bukanlah pertarungan, melainkan panggilan untuk merangkul makna dan nilai yang mendasari keduanya.

Sebagai seorang pemerhati, aku merenungkan pandangan yang mengatakan bahwa Islam dan demokrasi adalah dua konsep yang kontradiktif. Bahkan, sejarah menunjukkan bahwa terdapat berbagai model kekuasaan dalam dunia Islam, dari monarki hingga demokrasi, yang mengejawantahkan nilai-nilai beragam yang muncul dalam perjalanan sejarah panjang Islam. Kita tidak bisa memandang Islam sebagai satu entitas homogen dalam konteks politik.

Demokrasi sendiri adalah sebuah gagasan yang lahir dari proses perjuangan kemanusiaan yang panjang. Ia berbicara tentang partisipasi aktif rakyat dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi nasib mereka sendiri. Demokrasi mendasarkan dirinya pada prinsip-prinsip keadilan, persamaan, dan kebebasan individu. Semua nilai-nilai ini, jika dijalankan dengan baik, sejalan dengan prinsip-prinsip yang dianut dalam Islam.

Dalam Islam, konsep syura atau musyawarah telah menjadi landasan penting dalam pengambilan keputusan. Syura adalah sebuah bentuk konsultasi dan musyawarah dalam Islam, yang dianggap sebagai prinsip yang mendekati esensi demokrasi. Dalam syura, pemimpin umat Islam harus mendengar dan merespons pendapat serta aspirasi dari rakyatnya. Ini menegaskan bahwa Islam tidaklah kontra dengan nilai-nilai dasar demokrasi.

Namun, tentu saja, kita tidak bisa mengabaikan realitas bahwa ada ketidaksesuaian antara teori dan praktik di banyak negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Ada negara-negara di mana demokrasi belum berkembang dengan baik, dan ada juga penyalahgunaan agama untuk mencapai tujuan politik yang jauh dari nilai-nilai demokrasi. Namun, hal ini tidak berarti bahwa Islam secara inheren menentang demokrasi.

Kita perlu mengakui bahwa Islam adalah agama yang sangat beragam dalam pemahaman dan praktiknya. Kita juga perlu menyadari antara perbincangan Islam sebagai doktrin ideal dan muslim sebagai realitas sosial. Tidak bisa pula secara gegabah menganggap realitas negara muslim sebagai cermin ideal dari konsep Islam.

Berbicara tentang Islam dan demokrasi adalah tentang mengejar keselarasan antara nilai-nilai universal Islam dan demokrasi dalam konteks budaya dan sejarah yang beragam. Tentu kita tidak bisa menghukumi negara demokratis yang gagal dalam penerapan prinsip demokrasi sebagai sesuatu kegagalan demokrasi. Sebagaimana kita tidak bisa menghukumi kegagalan negara Islam atau negara penduduk Islam sebagai kegagalan Islam.

Kita sudah terlalu banyak menghabiskan energi dengan selalu mempertentangkan Islam dan demokrasi. Dua entitas yang sejatinya tidak layak dipertentangkan. Islam adalah bangunan besar sebuah peradaban umat, sementara demokrasi hanya bagian kecil dari cara dan sistem mengelola pemerintahan. Bukan Islam yang sesuai dengan demokrasi, tetapi sejatinya demokrasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dalam membangun peradaban manusia.

Jika mau lebih fair dalam berpikir. Kita harus melihat demokrasi dalam sudut prinsip Islam dalam mengelola sosial politik. Jika digabungkan prinsip Islam dan demokrasi tidak lain adalah dua sisi dari koin yang sama, yang saat digabungkan dengan bijaksana dan penuh pengertian, dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil, merata, dan berdikari. Hal ini adalah tugas penting kita sebagai individu dan masyarakat untuk memahami dan menjalankan nilai-nilai yang mendasari kedua konsep ini, seiring dengan semangat perdamaian, toleransi, dan kerja sama antarumat manusia.

Mungkin ada sebagian kelompok kecil dalam Islam yang lantang berteriak kencang : demokrasi adalah haram! demokrasi adalah musuh Islam! Saatnya mengajak mereka lebih arif menyelami konsep dan prinsip demokrasi dalam perspektif Islam. Tidak usah memaksa Islam harus sesuai dengan demokrasi.

Tapi letakkan demokrasi dalam sudut pandang Islam. Jika ditemukan perbedaan yang sangat tajam, tentu anda belum berislam dengan cara yang sesungguhnya. Mungkin kita hanya beribadah berdasarkan Islam, tetapi belum menjadikan Islam sebagai paradigma berpikir dan bertindak dalam praktek nyata kehidupan.

Bahwa Islam mengajarkan musyawarah, bahwa Islam memerintah berbuat adil, bahwa Islam menghendaki penghormatan terhadap hak-hak manusia yang berbeda-beda, dan bahwa Islam menghormati kemanusiaan adalah sebuah ajaran yang nyata. Jika keyakinan itu belum tertanam dalam benak anda, mungkin kita harus meneladani Rasulullah dalam mempraktekkan prinsip-prinsip universal yang juga ada dalam demokrasi dalam membangun peradaban Madinah.

Aini Mutmainnah, Penulis lepas.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Ketika 320 Anggota NII di Jabar dan Banten Ikrar Setia NKRI

Sel Sep 19 , 2023
Khilafah.id – Sebanyak 320 mantan anggota Negara Islam Indonesia (NII) wilayah Jawa Barat dan Banten mendeklarasikan diri kembali pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Kamis (14/9/2023) malam. Deklarasi itu dilakukan di Markas Komando Daerah Militer (Kodam) III/Siliwangi, Bandung, dipimpin oleh dua orang perwakilan NII yang diikuti anggota lainnya. “Kami para mantan anggota […]
NII