Khilafah.id – Densus 88 Antiteror Polri menangkap lima terduga teroris di Kabupaten Sukoharjo dan Boyolali, Jawa Tengah (Jateng). Densus menyebut lima orang itu sempat berencana menyerang Mapolresta Solo. Diketahui lima teroris tersebut adalah bagian dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Menyiapkan Paket Bom
Anehnya, dari kelimanya berkaitan dengan aksi bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar, Kota Bandung, beberapa waktu lalu. Lima orang itu pria berinisial S dan TN yang ditangkap di Boyolali, serta PS, AG, dan wanita berinisial R yang ditangkap di Sukoharjo.
Pasalnya mereka sudah menyiapkan paket bom untuk aksi teror yang akan dilakukan di Solo. Mereka hanya menunggu eksekutor untuk melakukan aksi bom bunuh diri, yang mereka sebut sebagai “pengantin”. Tinggal sedikit lagi, mereka bakalan menghantam tempat-tempat keamanan yang ada di Solo.
Usut punya usut, sejak dulu kala, ternyata mereka telah mengumpulkan dana dengan cara mengumpulkan kotak sumbangan untuk pendanaan aksi tindak pidana terorisme. Sejauh ini, ada sekitar 50 kotak sumbangan yang disita oleh polisi.
Kotak Amal Teroris
Kotak amal mereka sebarluaskan di berbagai tempat seperti masjid, warung makan, dan tempat strategis lainnya. Kotak amal itu ditandai dengan tulisan ‘Sahabat Langit dan Kotak Sumbangan Sahabat Umat’. Dari hasil kotak amal itu dikumpulkan sebagai dana pembelian bahan-bahan untuk aksi teror.
Masih maraknya teroris yang liar di Solo Raya, berarti masih begitu banyak tanggung jawab BNPT. Teroris lambat laun melakukan konsolidasi tanpa pantauan dari pihak keamanan Indonesia. Mereka bergerak di akar rumput dan menyimpan strategi dan taktik untuk membumihanguskan Indonesia.
Ini artinya gerakan terorisme dan radikalisme masih menjadi bahaya laten yang bergerak di bawah permukaan. Mereka mengincar kelompok-kelompok rentan untuk direkrut atau dijadikan “pengantin” untuk dijadikan bahan peledak mematikan, seperti perempuan, pemuda, dan anak-anak.
Alasan Agama
Tentu kelompok rentan yang dicari ini adalah yang memiliki kesepahaman yang sama, baik dari agama, politik, dan tujuan hidup. Maka alasan-alasan mereka ketika ingin mengebom adalah alasan dasaranya adalah agama.
Misalnya seperti ketika mengebom di beberapa gereja pada 2000 yang menewaskan 16 orang dan 92 orang luka-luka, peristiwa bom Bali I 2002 dengan korban 202 orang tewas dan bom Bali II tahun 2005 yang menewaskan 23 orang, pemboman Hotel JW Marriot (tahun 2003 dan 2009) dan Ritz Carlton (2009) yang memakan puluhan korban tewas dan luka-luka, tetap alasannya adalah agama.
Jadi maklumlah ketika orang berteriak ulah teroris didasarkan pada agama. Dan secara personal yang menjadi tertuduh adalah agama Islam atau muslim. Ini berbanding lurus dengan gerakan radikal yang memang sengaja dijadikan sebagai monster yang membahayakan peradaban muslim di Indonesia dan dunia.
Untuk menyebut sebuah nama dan kelompok adalah Saddam Hosen, Al-Qaeda, Jamaah Islamiyah, Osama bin Laden, hingga 1S1S yang diproklamasikan di Irak dan Suriah. Mereka adalah kelompok-kelompok yang eksis hingga saat ini di Indonesia.
Lalu apa yang harus diterapkan hari ini? Satu yang harus diucapkan terlebih dahulu adalah, teroris ini harus menjadi musuh bersama dunia kita. Kedua, kita sebaiknya lebih waspada terhadap tetangga atau golongan yang memiliki ciri-ciri beranggotakan teroris yang sudah disiarkan oleh negara.
Agus Wedi, Peminat Kajian Sosial dan Keislaman.