Peringatan 101 Tahun Tanpa Khilafah, Strategi Merebut Kekuasaan?

101 Khilafah

Khilafah.id – Ramai sebuah peringatan oleh mudzakarah tokoh dan ulama Madura 101 Tahun Tanpa Khilafah! dengan tema “Runtuhnya Peradaban Barat dan Bangkitnya Peradaban Islam” yang dibagikan 4 hari lalu oleh akun youtube @Ahmadkhozinudin. Video live streaming tersebut setidaknya berdurasi kurang lebih 3 jam dengan para tokoh pengusung khilafah.

Melalui video tersebut, ada beberapa tokoh yang menjadi pembicara dalam kegiatan tersebut, diantaranya: Gus Azizi, Prof. Suteki, Ustaz Ahmad Khozinudin, dan Ustaz Fajar Kurniawan.

Setidaknya kita bisa memahami bahwa peringatan tersebut tidak lain sebagai refleksi dan warning kepada masyarakat bahwa tanpa khilafah, negara khususnya Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Kenyataannya, hal itu sesuai dengan apa yang disampaikan oleh seorang moderator yang mengawali acara tersebut.

“Peradaban Barat sebentar lagi akan mengalami kemerosotan, kehancuran. Hal ini dikarenakan banyak hal yang sudah terjadi. Mulai dari invasi, perang antar negara, hingga kejadian yang cukup mencengangkan dunia yakni perang dunia kedua. Kalau kita melihat negeri ini sedikit hampir sama. Bagaimana negeri ini mayoritas Islam, akan tetapi politik percaturannya sangat buruk, politiknya oligarki yang menyebabkan tingkat korupsi semakin besar.

Belum lagi narasi terorisme, penangkapan aktivis, habaib, ulama, selalu dilakukan. Namun, ada harapan ketika para ulama, pejuang berkumpul pada acara ini untuk menegakkan. Insyaallah peradaban Islam akan maju menggantikan peradaban Barat,” Ucap sang moderator untuk memulai diskusi.

Selanjutnya, gema takbir diikuti oleh semua peserta yang hadir secara offline disertai dengan pemutaran video untuk memulai diskusi. Atas fakta yang sudah jelas bahwa acara tersebut memproklamirkan khilafah, apakah benar kelompok ini berupaya atas nama Islam, membela Islam, demi Islam atau hanya mengatasnamakan Islam untuk merebut kekuasaan? Mari kita lihat!

Tanpa Khilafah dunia tidak baik-baik saja?

Pada video lain yang ditampilkan oleh akun @portalperadabanIslam muncul sebuah video gabungan dari pelbagai masalah yang terjadi di dunia pasca runtuhnya khilafah Turki Usmani oleh Mustafa Kemal Attaturk pada tahun 1925.

Penderitaan tersebut tidak lain adanya beberapa konflik, diantaranya:perang dunia kedua,  Yahudi menduduki Palestina, genosida Prancis terhadap kaum Muslim, pelarangan hijab pada sektor publik di Turki (1982), awal perang teluk (1991), awal perang Bosnia (1992), peluncuran perang melawan terror Amerika (2001), pembantaian etmis muslim di Gujarat (2002), pembataian Andijan Uzbekiztan (2005), pecahnya perang syuriah (2005), genoside muslim di Afrika Tengah (2013), pembantaian di Raba’an Mesir (2014), konflik sipil Yaman (2014-2016), dan masih banyak lagi.

Rangkuman konflik internasional di atas tidak lain merupakan cocoklogi untuk menunjukkan bahwa khilafah yang diambisikan oleh kelompok HT/HTI adalah benar suara Islam. Padahal narasi digunakan untuk melengserkan kekuasaan resmi Indonesia. Narasi penderitaan yang didengungkan dengan ketiadaan khilafah sebagai sistem negara menunjukkan bahwa kelompok ini tidak main-main untuk menjual penderitaan dengan mengatasnamakan khilafah.

Ambisi merebut kekuasaan dengan narasi khilafah

Jika belajar dari ilmu marketing, salah satu upaya untuk meyakinkan orang lain agar tertarik dengan produk yang kita inginkan adalah selalu mempromosikan berulang-ulang. Artinya, jika melalui stori WhatsApp kita hanya mempromosikan satu kali barang yang ingin dijual, tentu hal itu sedikit memberi impact bagi yang melihat.

Namun, akan berbeda jika promosi tersebut dilakukan berulang-ulang, ditambah dengan teknik copy writing untuk menjelaskan bahwa produk kita benar-benar layak untuk dibeli dibandingkan dengan produk yang lain.

Ilmu tersebut juga sama dengan yang diterapkan oleh kelompok khilafah di Indonesia dengan narasi ciamik yang dikampanyekan. Jika dilihat lebih jauh, narasi yang didengungkan tidak lepas dari masalah yang terjadi di Indonesia. Mulai dari masalah sosial, agama, hingga politik.

Tidak heran, mengapa dalam setiap masalah yang terjadi di Indonesia, narasi khilafah selalu menjadi alternatif solusi yang ditawarkan. Kelompok khilafah tidak segan-segan mengkritik dan melihat betapa buruknya sebuah sistem pemerintahan dengan segudang permasalahan yang menimpa rakyatnya dengan menjual narasi ciamik agar kesengsaraan masyarakat tidak lagi dirasakan dengan hadirnya khilafah sebagai sistem pemerintahan.

Ini artinya, khilafah yang didengungkan di Indonesia tidak lebih dari sekedar strategi untuk merebut kekuasaan pemerintah yang resmi. Kenyataan tersebut juga menyatakan bahwa kelompok HT/HTI dan sejenisnya adalah pengkhianat Indonesia yang wajib dihempaskan dari bumi Indonesia. Maka segala bentuk kegiatan yang mendukung tegaknya sistem khilafah seperti apa yang dikampanyekan, wajib kita bubarkan.

Muallifah, Mahasiswi Magister Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Dilema Intelektual Publik: Cendekiawan di Ranah Politik, Menyambut Buku Karsa untuk Bangsa

Sab Feb 26 , 2022
Khilafah.id – Kaum intelektual baru (‘new intellectual’ atau lazim disebut cendekiawan) di masa kontemporer adalah ‘makhluk langka’ dalam masyarakat manapun secara global. Mereka hanya menjadi bagian kecil dari ‘inteligensia’, kaum terpelajar yang terutama berada di kampus. Intelektual yang berakar dari kampus (campus-based intellectuals) adalah orang terpelajar yang telah keluar dari […]
cendekiawan politik

You May Like