Khilafah.id – Acara Ekspo Rajab 1443 H HTI akan digelar pada bulan ini. Seperti biasa, acara HTI ini bakal diisi untuk membicarakan tentang kekhilafahan Turki Utsmani. Di mana, nantinya khilafah akan dijadikan sebagai topik utama. Kemudian umat diharuskan untuk terlibat aktif dalam mendukung, dan mendirikan khilafah di dunia.
Runtuhnya Khilafah Utsmani dikenang oleh HTI dengan acara Ekspo Rajab 1443 H. Tetapi dipolitisasi sekadar menjadi basis untuk menarik ulur tentang sistem khilafah. Dalam memperingati 101 tahun (berdasarkan hitungan tahun Hijriah) runtuhnya Khilafah Utsmani pada tahun 1924 M, umat Islam diharapkan bersatu untuk tetap setia membela khilafah ala HTI tegak di dunia, khususnya di Indonesia.
Dengan alasan bahwa selama kurun 101 tahun, praktis umat Islam hidup tidak di dalam kehidupan Islam. Kaka HTI merasa berkewajiban untuk mengingatkan kembali bahwa keadaan Muslim saat ini mengalami atau sedang terpuruk. Menurut punggawa HTI, Ismail Yusanto, “di dalam kehidupan Islam, diterapkan syariat Islam dan dipimpin oleh khalifah”. Maka ketika tidak dipimpin oleh umat Islam, akan terjadi berbagai persoalan, seperti ambruknya bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dll.
Maka itu, Ekspo Rajab 1443 HTI kali ini mereka akan mempolitisasi itu sebagai topik perbincangan yang disudutkan. Jangan harap mereka akan mengatakan bahwa sistem demokrasi yang dipakai Indonesia saat ini baik. Pastilah pembaca Harakatuna mengetahui mereka akan mengatakan bahwa jalannya pemerintahan Indonesia besok dan tidak bersimpati kepada kaum muslim.
Apalagi, ketika kita mengetahui HTI dibubarkan. Sehingga tempat-tempat strategis mereka, baik di pemerintahan, pendidikan, dan keagamaan menjadi buntu dan stagnan. Kendati, isu-isu yang bakal dijual mereka seperti isu kapitalisme, otoritarianisme, sosialisme, komunisme dan sekularisme.
Terkait kapitalisme, menurut HTI, Indonesia dikelola oleh kapitalisme sudah sampai pada stadium empat. Dan itu artinya, umat Islam saat ini sudah kehilangan kehidupan keislamannya. Indonesia seakan bergerak pada jalan kekafiran atau toghut. Menurut mereka, hal itu terjadi karena ada dua sebab. Pertama, indikasinya karena di dalam dunia Islam sendiri (Timur). Kedua, biang keladinya yaitu Barat (kapitalis).
Di dalam dunia Islam sendiri, HTI menganggap bahwa kemampuan umat Islam belum menemukan kesadaran akan pentingnya khilafah. Kendati, menurut HTI, kesadaran umat Muslim wajib dipupuk tentang kesadaran untuk menjadikan fondasi sistem syariah tegak di Indonesia, sebagai perwujudan kembalinya kehidupan Islam. Alasan mereka, agar Muslim tidak ambruk, tercela, dan terbelakang.
Untuk menuju pada penegakan khilafah dan menghilangkan kapitalisme, maka mereka menginginkan untuk menghancurkan kekuatan Barat, yaitu dalam Bahasa HTI, “kekuatan eksternal”. Bagi HTI, selama kekuatan Barat masih ada, kapitalis-sosialisme-komunisme akan tetap mengangkangi dan menjadi payung dunia Islam sendiri. Sehingga, akhirnya, Islam menjadi tidak berdaya dan tersisihkan.
Acara Ekspo Rajab 1443 H HTI sebenarnya hanya untuk menghangatkan suasana itu. Dan sebisa mungkin jika suasananya hangat bisa membangkitkan semangat muslim untuk memerangi sistem kapitalis Barat di satu sisi, dan sisi lain untuk menegakkan khilafah. Tapi ini, seperti biasa, hanyalah iming-iming HTI belaka.
Maka itu, sejak jauh-jauh hari, panitia Ekspo Rajab ini, terus menerus mengajak umat untuk terlibat langsung dan mengikuti acara-acara mereka secara intim. Mereka bahkan mengharapkan umat Islam untuk menyebarkan dan memberi tahu acara Ekspo Rajab ke semua khalayak dan kalangan dengan iming-iming pahala.
Bujuk rayu mereka, “Sebarkan, ajak sebanyak-banyaknya supaya pahala mengalir kepada kita. Semakin banyak yang ikut di tangan kita, semakin besar pula pahala sampai kepada kita, insyaallah,” pungkasnya dengan mengutip Hadits Nabi SAW riwayat Muslim yang artinya, “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.
Sampai di sini, apakah dengan adanya panitia Ekspo Rajab HTI mengutip hadis-hadis, mengiming-imingi pahala, kebangkitan Islam, pembaca Harakatuna ingin ikut terlibat dan secara sadar ingin menegakkan khilafah di Indonesia, sesuai harapan HTI? Saya kira tidak mungkin.
Artikel ini merupakan muat ulang dari Editorial Harakatuna.