TG. Syaifuddin Zuhri: Sang Teladan dari Banjar

Banjar

Khilafah.idInnalillah wainna ilaihirojiun… Banua Banjar kembali berduka dengan meninggalnya seorang ulama karismatik, di akhir bulan Ramadan 1445 H ini. Beliau almaghfurlah, adalah Tuan Guru Syaifuddin Zuhri atau biasa disebut Guru Banjar Indah. Empat tahun yang lalu pada bulan penuh berkah ini pula meninggal ulama karismatik lainnya yang jauh lebih muda, yaitu Tuan Guru Ahmad Zuhdian Noor yang biasa disebut Guru Zuhdi atau Abah Haji. Padahal sebelumnya, Guru Zuhdi relatif lebih sehat daripada Guru Banjar Indah yang dikabarkan telah sakit sakit-sakitan selama bertahun-tahun.

Pasca wafatnya Guru Zuhdi, jemaah beliau yang ribuan itu akhirnya terbagi-bagi ke beberapa majelis taklim di Banjarmasin yang diasuh oleh beberapa Da’i muda, yang memiliki jemaah cukup banyak pula. Di antaranya, Guru Qomaruddin atau lebih dikenal sebagai Guru Busu, Guru Rasyid Ridha, Guru Ilham Humaidi, dan lain-lain.

Di tengah maraknya majelis taklim di kota Banjarmasin, dan sekitarnya, yang makin ramai dan penuh sesak dengan jemaah, terutama pasca kehadiran Guru Zuhdi yang dianggap salah seorang pewaris dari keilmuan Guru Sekumpul, salah satu majelis taklim yang berada di pinggiran kota tetap berjalan dengan istikamah dan tetap dihadiri ratusan hingga ribuan jemaah setiap minggunya, walaupun sempat berhenti sebentar (diliburkan) ketika kondisi kesehatan tuan guru cukup buruk.

Majelis itu bernama Majelis Taklim Bani Ismail, pengasuhnya yang dianggap sepuh dan dihormati oleh Guru-guru muda yang juga populer dengan ribuan jemaahnya itu adalah Tuan Guru Banjar Indah. Disebut demikian, karena lokasi majelis taklimnya bertempat di komplek Banjar Indah, Banjarmasin Selatan, kota Banjarmasin.

Pasca wafatnya TGH Muhammad Zaini Abdul Ghani, atau yang akrab disebut Guru Sekumpul, jemaahnya yang bertebaran di seantero Tanah Banjar Kalimantan Selatan mengambil berkah beliau kepada murid-muridnya dan ulama lainnya yang rata-rata masih keturunan Syekh Arsyad.

Di Hulu Sungai kepada Guru Kapuh (Kandangan, Rantau, dan sekitarnya), Guru Bakhit dan Guru Danau (Barabai, Paringin, Tanjung, Amuntai, dan kitarannya), Guru Zuhdi (termasuk pula Guru Banjar Indah) di Banjarmasin dan sekitarnya. Hubungan Guru Banjar Indah sendiri dengan Guru Sekumpul adalah murid sekaligus beliau masih terhitung dari Guru Sekumpul. Selain kepada ayahnya dan Guru Sekumpul, Guru Banjar Indah juga belajar kepada TGH Syarwani Abdan.

Dengan meninggalnya Guru Banjar Indah, pada usia beliau yang ke-71 tahun, Banjarmasin khususnya kehilangan ulama tua yang menjadi rujukan dan tempat silaturahmi mereka yang muda-muda. Semoga Allah merahmati kepulangannya dengan hujan Rahmat-Nya yang Maha Mencintai para kekasih-Nya, dan berkah ilmunya serta ilmu para guru dan muridnya menaungi kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan secara umum.

Sejujurnya saya tak pernah bertemu langsung dengan beliau Allah-Yarham, namun mata rantai keilmuan yang didukung oleh nasab mulia beliau cukup penulis akrabi. Kediaman beliau di komplek Banjar Indah pun tidak terlalu jauh dari rumah saya di Jalan Pramuka dekat Terminal Pal Enam, beliau di kelurahan Pemurus Dalam kecamatan Banjarmasin Selatan, saya di kelurahan Pemurus Luar kecamatan Banjarmasin Timur.

Suatu waktu saya diminta melukis Tuan Guru Ismail Khatib, keturunan keempat dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, oleh Guru Ahmad Daudi Dalam Pagar. Sebelum melukis tentu saja saya menghadiahi Fatihah kepada TGH Ismail al-Banjari setelah mencari tahu sedikit keterangan kisah hidup beliau.

Saya juga diberi beberapa gambar/foto (tua) keluarga oleh Guru Daudi, di antaranya sebuah gambar hitam putih al-‘Alim al-Fadhil Syekh Ismail al-Banjari dengan sisi kiri-kanannya diisi dengan dua keturunannya hingga cucunya. Dari foto inilah saya tahu, bahwa TGH Irsyad Zein (ayah Guru Daudi) yang saya pernah tabarukan kepada beliau di Dalam Pagar adalah sepupu sekali dari TGH Syaifuddin Zuhri. Ayah dari Guru Irsyad, yaitu TGH Muhammad Zein bersaudara dengan TGH Abdurrahman Ismail yang merupakan ayah Guru Banjar Indah.

Nasab Guru Banjar Indah hingga kepada Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari bisa diuraikan demikian. Yaitu, TGH Syaifuddin Zuhri bin TGH Abdurrahman bin Syekh Ismail Khatib bin Qadhi H. Ibrahim bin Qadhi Muhammad Shaleh bin Khalifah Zainuddin bin Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Kemuliaan dan kealiman kakeknya TGH Syekh Ismail menjadi kebanggaan anak-cucunya hingga mereka menyebut dirinya sebagai Bani Ismail (nama majelis taklim tuan guru), selain juga Bani Arsyadi.

Majelis Taklim almaghfurlah tuan guru yang berlokasi di kompel Banjar Indah Permai baru didirikan secara resmi pada tahun 2009, dan baru pada tahun 2010 resmi dinamai Majelis Taklim Bani Ismail. Awalnya hanya diikuti kalangan terbatas saja, dengan pengajian tasawuf dan banasyid, hingga kemudian makin ramai sampai diisi ribuan jemaah.

Pada malam Jumat untuk jemaah laki-laki saja bisa mencapai 5000an orang, sedangkan pada hari Sabtunya untuk perempuan bisa dihadiri sampai 3000an jemaah. Kitab-kitab yang dikaji dalam majelis antara lain, Minhajul ‘Abidin karya Imam al-Ghazali, Kifayatul Atqiya’ wa Minhajul Ashfiya’ karya Sayyid Bakri Syatha, Sirajut Thalibin karya Syekh Ihsan Jampes, Anwarul Muhammadiyah karya Syekh Yusuf an-Nabhani, dll.

Cara tuan guru menyampaikan dakwahnya sangat lembut, kadang pula diselingi dengan canda ringan yang menusuk ke dalam hati jemaahnya. Sambil membaca kitab, beliau menyelingi pula dengan kisah-kisah para awliya, yang menjadi ciri pengajian tasawuf di Kalimantan Selatan, yang dapat menjadi teladan keseharian para jemaah.

Tuan guru pernah menuturkan bahwa ilmu-ilmu yang terkandung di dalam kitab-kitab yang beliau bacakan merupakan ilmu pegangan orang-orang shaleh terdahulu sebelum memasuki dunia suluk, yaitu meniti jalan menuju hadirat Allah Swt. hingga sampai pada puncak makrifat kepada-Nya. Sebelum memulai majelis taklim biasanya dibacakan maulid Simthur Durar ataupun maulid ‘Azab, sebagai wasilah kepada Nabi Muhammad beserta qasidah-qasidah memuji beliau Saw.

Di antaranya pula diselingi dengan zikir nasyid atau lazim disebut pasca Guru Sekumpul dengan Banasyid. Melalui zikir inilah terhubung rohani jemaah dengan para guru-guru di atasnya hingga kepada Syekh Muhammad Arsyad dan Syekh Muhammad Semman al-Madani.

Tuan guru telah berpulang ke Rahmat Ilahi, disambut para salafus saleh guru-gurunya juga datuknya. Semoga terang dan terus menerangi tanah Banjar hingga beratus tahun ke depan.

Hajriansyah, Penulis Sastra. Meminati seni dan dunia sufi.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Idulfitri untuk Kohesi Sosial dan Penyucian Diri dari Khilafahisme

Kam Apr 11 , 2024
Khilafah.id – Ibadah puasa sudah sebulan penuh. Dan kita hari ini merayakan Idulfitri. Selama berpuasa, tentu kita berharap berhasil mencapai puncak tujuan takwa sesuai surah Al-Baqarah ayat 183. Dan dengan merayakan Idulfitri, kita bisa kembali kepada fitrah, pada kesucian sebagai manusia (Al-Rum: 30). Idulfitri adalah kembalinya seseorang kepada keadaan suci […]
Idulfitri

You May Like