Khilafah.id – Tumbuh dan berkembangnya radikalisme menjadi ancaman terhadap eksistensi negara. Negara yang berpijak pada pondasi nilai-nilai moderat akan terkikis sedikit demi sedikit sampai pondasinya hancur dan kemudian menunggu bangunan itu roboh.
Ancaman yang cukup membahayakan di sini perlu mendapatkan penanganan yang maksimal, terutama dari negara itu sendiri. Di Indonesia ada bagian yang bertugas di sana, yaitu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) disertai Densus 88.
Berkat sikap tegas negara mencegah penyebaran radikalisme, paham ini sedikit demi sedikit berkurang. Warga negara mulai banyak yang sadar bahwa radikalisme bukanlah paham yang dibenarkan, baik oleh agama maupun akal sehat manusia.
Seorang warga Negara Indonesia yang sadar dari radikalisme dan memilih jalan yang benar dengan pertobatan nashuha adalah Yudi Zulfahri. Mantan narapidana teroris ini merupakan lulusan STPDN tahun 2005. Dan, dia bertobat ketika ditangkap oleh Densus 88 ditambah lagi banyak berdiskusi senior mantan napiter Ali Imron pada tahun 2010.
Yudi banyak mendapatkan pencerahan sehingga menyadari bahwa dia tidak merasa masuk dalam kelompok yang salah. Yudi menceritakan dia terlibat di dalam radikalisme-terorisme berawal dari kesalahan memahami pesan-pesan Al-Qur’an. Dia memahaminya secara tekstualis, sehingga pesan yang tersirat tidak ia baca.
Kekeluargaan Yudi memahami pesan Al-Qur’an disebabkan salah mengikuti pengajian. Apalagi, dia tidak kritis menerima ceramah-ceramah yang disampaikan di forum pengajian tersebut. Semisal, Yudi menerima taken for granted penafsiran keliru ayat 4 Surat Al-Mumtahanah.
Ayat 4 surat Al-Mumtahanah tersebut dipahami oleh guru Yudi dengan sikap berlepas diri, mengkafirkan, membenci dan memusuhi orang-orang atau golongan yang dianggapnya sebagai musuh. Biasanya musuh mereka adalah orang yang tidak sepemikiran, meski orang ini jelas-jelas seagama.
Sebagai penutup, perjalanan hidup Yudi dapat menjadi ibrah bagi kita semua sebagai warga negara yang baik: mencintai tanah airnya tanpa “tapi”. Beruntungnya, Yudi mendapatkan hidayah dan kembali ke pangkuan NKRI. Ia kembali ke jalan yang benar: menjadi warga negara yang shaleh.
Khalilullah, Lulusan Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.