Ahmad Khozinudin, Pengacara Urusan Khilafah

Ahmad Khozinudin

Khilafah.id – Khilafah bukanlah sesuatu yang baru terdengar di telinga banyak warga Indonesia. Khilafah mula diperkenalkan semenjak organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bertadang di negara merah putih ini. Setelah organisasi eksklusif ini dibubarkan oleh pemerintah, Khilafah mulai hilang kendali, sehingga ia berjalan bagai anak ayam tanpa induknya.

Khilafah pasca pembubaran HTI mulai dikampanyekan oleh beberapa orang, baik yang mengatasnamakan ustaz seperti Felix Siauw maupun yang mengatasnamakan pengacara Ahmad Khozinudin. Menariknya, seorang pengacara ini cukup getol mengampanyekan sistem Khilafah ini melalui media sosial.

Saya tidak tahu banyak tentang Khozinudin. Saya baru melihat wajahnya, itu pun di layer televisi, saat ia menjadi pengacara Gus Nur yang terdakwah kasus ujaran kebencian dalam ceramah-ceramahnya. Finally, Gus Nur tetap kalah pada akhir keputusan sidang diputuskan oleh hakim dan Gus Nur mendekam di dalam penjara.

Mulanya saya tidak tahu, karena memang tidak begitu kepo, tentang rekam jejak Khozinudin. Ternyata, akhir-akhir ini baru tercium bau-bau Khilafah, karena Khozinudin sangat optimis dengan konten di media sosialnya tentang masa depan Khilafah dijadikan sebagai sistem di sebuah negara dengan menggantikan sistem demokrasi.

Begitu tahu rekam jejak dan perjuangannya, saya mulai menyayangkan pengetahuan Khozinudin. Seharusnya, pengetahuan ini tidak digunakan untuk sesuatu yang tidak baik, yakni Khilafah. Khilafah dinilai tidak baik karena ia bersifat imajinatif. Khilafah tidak bakal terwujud dan benar-benar menjadi sistem di suatu negara, apalagi di seluruh dunia. Karena, mustahil terwujudnya sistem pemerintahan yang diakui oleh seluruh negara di penjuru dunia.

Saya tidak habis pikir, semangat pengusung Khilafah dalam memperjuangkan sistem ini. Mereka seakan mengharapkan sesuatu yang bermanfaat sedikitpun, sehingga tidak bernilai apapun. Saya menduga, mereka tampil di belakang Khilafah hanya untuk menjadi oposisi pemerintah dengan tujuan politis. Mereka hanya untuk melumpuhkan kekuasaan pemerintah, sehingga mereka dapat merebutnya.

Pengusung Khilafah sesungguhnya membual saja. Mereka tidak percaya atas apa yang diperjuangkan. Sangat mungkin ketika kekuasaan didapat, mereka pasti tidak bakal memperjuangkan Khilafah lagi. Mereka akan tetap kembali ke demokrasi. Karena, hati nurani mereka hanya terpaut terhadap demokrasi.

Sadar atau tidak, pengusung Khilafah dalam hati nuraninya ingat bahwa demokrasi merupakan suatu sistem yang dibangun dengan darah perjuangan oleh beberapa pahlawan bangsa. Sangat tidak bermoral, orang yang tidak memperjuang, apalagi bersikeras menggantikan demokrasi dengan sistem yang lain.

Karena perjuangan mereka yang sesungguhnya bukan untuk Khilafah, tapi hanya untuk melumpuhkan kekuasaan pemerintah, maka tidak boleh baper merespons setiap argumentasi yang disampaikan mereka tentang Khilafah. Anggap semua argumentasi mereka sebatas membual saja.

Maka dari itu, pemerintah atau rakyat tidak boleh terpengaruh dengan modus Khilafah yang dikampanyekan oleh pengusungnya. Tetaplah bersikap optimis dalam menjalankan sistem demokrasi, tanpa berpikir negatif yang dapat merusak terhadap sistem demokrasi yang sudah ada. Pikiran negatif ini akan berakibat negatif pula terhadap masa depan seseorang. Akibatnya, mereka akan menjadi korban bom bunuh diri atau pejuang yang berani mati demi Khilafah.

Khozinudin itu adalah seorang politikus. Pasti pikirannya tidak selurus agamawan fundamentalis. Khozinudin pasti punya kepentingan di balik semua kampanyenya tentang Khilafah. Secara general, kepentingan yang saya maksud adalah kekuasaan. Khozinudin pasti sadar, bahwa tidak ada musuh yang abadi di dalam politik, sebaliknya tidak ada teman yang abadi pula di dalam politik.

Boleh jadi sekarang di saat berjuang menggapai kepentingan yang dirahasiakan, Khozinudin masih sangat soulmate dengan pengusung Khilafah. Karena, sekarang mereka sepemikiran. Tapi, begitu kepentingan itu tercapai, Khozinudin pasti berubah haluan dengan memusuhi Khilafah. Percayalah!

Buktinya, dulu saat Jokowi-JK mencalonkan sebagai presiden, Anies Baswedan menjadi juru kemenangannya. Segala argumentasi disampaikan hanya untuk memenangkan pasangan Jokowi-JK. Tapi, sekarang Anies sudah tidak se-soulmate seperti dulu lagi dengan Pak Jokowi. Malahan Anies sangat dekat dengan pengusung Khilafah.

Maka, semua itu hanyalah politik. Tidak perlu serius melakukan kontra-khilafah. Tapi, tetap berhati-hati agar kesalamatan tetap terjaga, sehingga tidak terpapar betul dengan sistem Khilafah yang imajinatif tersebut. Demokrasi itu bukanlah sistem yang baru dibuat kemarin sore. Demokrasi termasuk sistem yang sudah teruji, meski ia memiliki kekurangan.

Khalil Ibnu Armando, Pengamat narasi khilafah.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Jangan Mimpi Islam Jaya Selama Mendambakan Khilafah

Sel Sep 28 , 2021
Khilafah.id – Pengisahan kembali kejayaan Islam di masa lalu terdengar seperti lagu Nina Bobo, membuat seseorang tertidur pulas hingga lupa bahwa mereka berada di alam mimpi. Setelah bangun, ia kecewa karena mimpinya tidak riil, tidak bisa menjadi nyata. Begitulah, mendambakan khilafah untuk kejayaan Islam hari ini adalah cita-cita ahistoris. Apa […]
Jangan Mimpi Islam Jaya Selama Mendambakan Khilafah