Deklarasi Pembubaran Jama’ah Islamiyah dan Penyakit Aktivis Jihad

jama'ah

Khilafah.id – Pada 30 Juni lalu, 16 tokoh senior Jama’ah Islamiyah (JI) mendeklarasikan pembubaran diri di Bogor, Jawa Barat. Video yang merekam deklarasi itu pertama diunggah di kanal YouTube Arrahmah_id pada 3 Juli. Di video itu, Arrahmah_id menempelkan keterangan bahwa acara berlangsung di sebuah hotel di Bogor. Diskusi tersebut difasilitasi Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri.

Lima Belas Tokoh Senior JI

Saat menyampaikan deklarasi pembubaran, Rusdan dikelilingi 15 tokoh senior Jama’ah Islamiyah lainnya. Di antaranya, mantan amir Zarkasih, mantan amir Para Wijayanto, mantan kandidat amir Arif Siswanto alias Abu Mahmudah. Terlihat pula mantan kepala operasi militer Abu Dujana, dan kepala urusan dakwah Mustaqim Safar.

Tak berhenti di situ, acara deklarasi itu juga dihadiri Bambang Sukirno yang sempat memimpin sejumlah misi pelatihan militer ke Suriah. Hadir juga Abu Fatih yang pernah menjadi kepala Mantiqi II Jama’ah Islamiyah di Indonesia.

Deklarasi itu dilakukan setelah muncul kesepakatan dalam diskusi yang dihadiri lebih dari 100 anggota Jama’ah Islamiyah di hotel itu. Kabarnya, diskusi itu dihadiri para tokoh senior dan pimpinan sejumlah pesantren yang berafiliasi dengan organisasi.

Hasil Deklarasi Pembubaran JI

Lalu apa hasil deklarasi pembubaran Jama’ah Islamiyah? Hasil kesepakatan majelis para senior dengan para pimpinan lembaga pendidikan dan pondok pesantren yang berafiliasi dengan Jama’ah Al-Islamiyah:

  1. Menyatakan pembubaran Jama’ah Al-Islamiyah dan kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  2. Menjamin kurikulum dan materi ajar terbebas dari sifat, sikap tatharuf dan merujuk kepada paham ahlussunnah waljama’ah.
  3. Membentuk tim pengkajian kurikulum dan materi ajar.
  4. Siap untuk terlibat aktif mengisi kemerdekaan sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan bermartabat.
  5. Siap mengikuti peraturan hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia serta berkomitmen dan konsisten untuk menjalankan hal-hal yang merupakan konsekuensi logisnya.
  6. Hal-hal yang berkaitan dengan kesepakatan di atas akan dibicarakan dengan negara cq Densus 88 Antiteror Mabes Polri.

JI Mau Apa?

Ketika melihat hasil dari deklarasi JI, pihaknya siap “terlibat aktif mengisi kemerdekaan” untuk memajukan bangsa Indonesia dan mengikuti peraturan hukum yang berlaku serta berkomitmen menjalankan hal-hal yang merupakan konsekuensi logisnya, apakah ini tidak terlalu cepat? Mengapa JI sepertinya terlalu terburu-buru dalam membubarkan diri? Bukankah dulu juga pernah diminta untuk segera membubarkan diri namun Abu Bakar Ba’asyir menolaknya?

Memang JI kini berada dalam kesulitan baik ekonomi maupun penerimaan dari masyarakat. Hidup mereka terlunta-lunta. Keluarga mereka makin banyak yang ditangkap, makin banyak yang sengsara. Anak dan istrinya, keluarganya pun ikut sengsara. Bahkan penyalur bantuan kepada JI juga ikut serta sengsara.

Tapi bukankah kesengsaraan itu juga berbanding lurus dengan isi jihad suci JI? Ada yang tidak tuntas dalam melihat pembubaran JI. Sebab orang seperti Para Wijayanto, mantan amir atau pimpinan Jama’ah Islamiyah yang ditangkap pada 2019, memiliki kepekaan tersendiri melihat hidup mereka bakal lebih sengsara.

Bahkan dia pasti melihat segala aset JI dan anggotanya, seperti lembaga pendidikan dan bisnisnya juga bakalan bangkrut jika JI terus diteruskan. Sebab, pemerintah bakal menindak dan masyarakat tidak menerima bila ada nama JI di balik pendidikan, masjid, dan bisnis kecilnya.

Yang perlu diperhatikan, JI hari ini memang bangkrut. Karena kebangkrutan inilah menjadikan anggota JI bertransformasi mencari ide baru dalam menjalankan visi-misinya. Setidaknya, JI ini sudah mengakui atas kebangkrutan amaliyah atau medan operasinya. Pembubaran JI ini menandai bahwa mereka mencari jalan alternatif sebagai perhitungan strategis ke depan.

Jalan Lain JI: Penyakit Aktivis Jihad

Apakah dengan cara membubarkan diri kebangkrutan JI bakal sembuh dan massa akan bersimpati kepada anggotanya? Bagi saya, JI sudah melakukan hal benar yakni membubarkan diri. Setidaknya ia menjadi modal utama untuk mendekati pemerintah Indonesia dan selebihnya mendekati masyarakat. Sebab seperti diketahui publik, teroris yang “seolah-olah sembuh” dan seolah-olah menjadi garda terdepan memberantas teroris-radikalisme, hidupnya terlihat makmur. Mereka seperti dianakemaskan oleh pemerintah melalui dukungan finansial tak terbatas.

Tapi bagi saya, teroris tetaplah teroris. Perubahan baju luar hanyalah persoalan strategi belaka. Ingat, anggota JI tidak akan sepenuhnya meninggalkan jihad. Jihad dalam menegakkan daulah Islam Indonesia akan masih menancap di dada mereka. Namun kali ini mereka harus berkompromi dengan keadaan (kebangkrutan) dan musuh mereka, yakni pemerintah.

Untung dan rugi hari ini ada di kepala masing-masing anggota JI. Maka itu mereka harus berbenah diri, meski dikecam oleh bawahannya sebagai pengkhianat. Tapi yang jelas, mereka tetap memiliki jalan lain, misalnya mendirikan entitas baru yang berfokus pada pendidikan. Tapi isinya tetap JI. Jika demikian, maka lembaga pendidikan atau pesantren yang berafiliasi dengan mantan anggota Jama’ah Islamiyah bisa jadi bakal menjamur di Indonesia.

Tapi apa pun itu sebutannya, jelas anggota JI ini benar-benar telah menjadi pengkhianat bagi para pendiri Jama’ah Islamiyah yang telah meninggal. Pembubaran JI benar-benar penyakit aktivis jihad, lemahnya iman, lemahnya jihad, inkonsisten, sulit menyimpan rahasia, dan tidak amanah. Yang jelas, hari ini JI telah bubar dan karena itu JI ada di jalan dan tujuan yang lain.

Agus Wedi, Peminat Kajian Sosial dan Keislaman.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Hijrah dalam Berkomunikasi Menuju Harmoni

Kam Jul 11 , 2024
Khilafah.id – Semakin banyak peristiwa tutur memperhatikan kesantunan, maka akan meningkatkan harmoni sosial masyarakat. Pascapemilu 2024, kita seakan terjebak dalam fenomena disintegrasi sosial. Kita terseret dalam rutinitas demokrasi dalam bingkai perbedaan dukungan calon presiden dan calon wakil presiden hingga menjadi pemarka sosial. Lantas, kapan sebenarnya kedewasaan pesta demokrasi kita akan […]
hijrah

You May Like