Dialog Antaragama Itu Urgen, Lawan Permusuhan Antarumat

dialog

Khilafah.id – Pada tulisan sebelumnya, saya pernah menyinggung tentang media keislaman yang memiliki sifat provokatif atau jenis jurnalisme provokatif. Mereka adalah kelompok Muslim yang merepresentasikan ajaran Islam dengan penggunaan bahasa dan penyajian berita dilakukan dengan cenderung ke arah provokatif, intimidatif hinga anti dialogis.

Media tersebut lawan dari profetik. Karakter dari media keislaman semacam ini mengundang konflik dan permusuhan antar kelompok karena penyajian narasi cenderung menutup ruang pemahaman yang berbeda.

Ini berbanding lurus dengan narasi yang diusung oleh media, yang dikelola oleh para aktivis khilafah. Dalam narasi yang sudah disebarluaskan, mereka menyebut bahwa, forum R20 International Summit of Religious Authorities (ISORA) yang digelar pada 27/11/23 silam, tidak memiliki dampak terhadap perdamaian dunia.

Tidak hanya itu, mereka juga menyebut bahwa, dialog antaragama yang dijalankan oleh PBNU, sangat naif karena sama sekali tidak menyelesaikan perdamaian.

Aktivis khilafah menolak adanya dialog antaragama karena menganggap menyekutukan Allah. Bahkan mereka menyebut solusi atas masalah Palestina adalah mempersatukan umat Islam dan melakukan perang terhadap Zionis Yahudi agar hengkang dari bumi Palestina.

Keberadaan narasi di atas, menunjukkan bahwa mereka anti dialogis dan menghendaki seluruh umat dunia adalah umat Muslim. Padahal, perbedaan pilihan dalam beragama, merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa kita dalam kehidupan sosial.

Meski demikian, kita perlu melihat urgensitas dialog antaragama, dalam melihat kemajemukan yang dimiliki oleh masyarakat. Khususnya penduduk dunia, upaya yang bisa dilakukan oleh kita sebagai umat Muslim, bukanlah berupaya dengan keukeuh untuk memaksa mereka menjadi Muslim. Lebih dari itu, kita harus memiliki seni agar bisa hidup berdampingan, atas dasar kemanusiaan.

Dialog Agama itu, Apa sih?

Dialog antaragama merupakan salah satu strategi untuk menjembatani kemajemukan kehidupan beragama serta menciptakan kerukunan hidup beragama di Indonesia. Dialog membuat setiap penganut agama harus memahami agamanya dan menyadari pula keragaman dan perbedaan dalam beragama.

Menciptakan diaog antaragama ini tidak mudah karena harus didasarkan pada sikap saling menghargai, menghormati, keterbukaan, dan kemauan baik (political will) dari semua pihak, mulai dari kelompok akar rumput sampai para pengambil keputusan yang ada di dalam kelompok itu.

Setiap komponen yang terlibat dalam dialog ini, menyadari secara penuh pentingnya perdamaian yang harus diupayakan oleh setiap kelompok umat beragama. Artinya, dialog antargama yang dipelopori oleh suatu kelompok, semata-mata sebuah ruang agar setiap kelompok menyadari pentingnya mendorong perdamaian dan kehidupan yang toleran.

Mengadakan dialog antaragama, bukan berarti menanggalkan keislaman, atau keyakinan kita sebagai umat Muslim. Tidak benar jika kita menganggap bahwa, akidah akan buruk ketika melakukan dialog antaragama karena nantinya akan menganggap bahwa semua agama benar. Namun, sebagai manusia, kita meyakini dan sangat sadar bahwa, kehadiran agama yang lain tidak akan menjadi ancaman bagi eksistensinya.

Setiap agama itu unik/khas. Para pemeluk agama, memiliki klaim kebenaran atas agama yang dianutnya. Menyebut bahwa, agama kita paling benar dan menganggap agama orang lain salah, adalah sebuah prinsip dasar beragama yang dimiliki oleh setiap orang.

Namun, dalam konteks sosial, kita tidak bisa menghindari dan menghapus keberagaman untuk mencapai homogenitas. Identitas tiap kelompok tetap dipertahankan tanpa membentuk suatu dialektika dalam pergaulan. Persoalannya adalah bagaimana kita bisa menciptakan kesadaran bersama sebagai suatu bangsa tanpa terkungkung dalam kotak eksklusif.

Realitas kemajemukan agama yang ada di Indonesia meniscayakan adanya dialog. Dengan menjalankan dialog, masing-masing penganut agama semakin melangkah menuju ciri khas penghayatan imannya yang lebih menyapa, inklusif (terbuka), dan dialogis.

Jika kita maknai pernyataan para aktivis khilafah yang menolak adanya dialog antaragama, kita bisa menilai bagaimana kondisi kemajemukan di Indonesia tanpa adanya dialog antaragama.

Tanpa dialog, tidak ada perdamaian yang akan tercipta karena setiap kelompok agama akan bermusuhan lantaran kebenaran yang diyakininya. Tanpa dialog, setiap kelompok agama akan merasa paling superior di antara yang lain. Mengacu kepada alasan-alasan itu, penting adanya dialog antaragama untuk menciptakan perdamaian.

Perdamaian yang dimaksud tidak hanya tentang penyelesaian konflik. Namun, merawat perdamaian juga merupakan menciptakan perdamaian itu sendiri.

Muallifah, Aktivis perempuan.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Tiga Pilar NKRI: Ulama, Umara, dan Umat

Sab Des 16 , 2023
Khilafah.id – Memang tidak bisa dipungkiri, ulama, umara, dan umat memang memiliki peran sangat signifikan dalam menjaga stabilitas bangsa Indonesia. Bisa dikatakan tiga pilar ini menjadi salah satu simbol kerukunan yang harus selalu dijaga dan dirawat. Karena ketiganya menjadi kesatuan yang mampu saling melengkapi dalam menjaga NKRI. Hal ini bisa dilihat […]
umara