Industri Ideologi Khilafah di NKRI

Khilafah.id – Satu-persatu kelompok pengimpor ideologi khilafah tumbang di tengah jalan, ISIS yang kita kenal mampu membangun jaringan ideologi di Timur-Tengah hingga ke wilayah Asia. Mereka jatuh kalah pada tahun 2016 silam oleh Pasukan Demokratik Suriah bersama-sama dengan Amerika Serikat.

Hizbut Tahrir kelompok kedua dari ISIS yang ikut bubar di pelbagai negara, terutama di Indonesia pada tahun 2017 melalui politik hukum PERPPU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Di mana pasca pembubaran mereka, sisa-sisa militan ISIS dan Hizbut Tahrir masih ada.

Tetapi, keberadaan mereka tidak menutup kemungkinan besar kalah bertempur di medan lapangan dalam bertarung ideologi melalui propaganda media sosial. Hal ini teramat ironis, serpihan-serpihan militan ISIS dan Hizbut Tahrir ternyata tanda-tanda tersebut membuktikan kebangkitan bibit ideologi khilafah dan radikalisme.

Contoh konkret, di Indonesia, semangat juang para militansi dan simpatisan eks HTI tidak pernah surut di permukaan media sosial. Semata-mata mereka ibarat marketing atau relawan yang kerap kali berdagang khilafah di panggung online. Terlepas laku atau tidak, itu masalah belakangan.

Dagangan ideologi memang tidak pernah sepi, pantas saja. Karena simpatisan kelompok mereka cukup banyak, pola pengembangan dan pemasaran ideologi tersebut hingga menyasar segelintir umat Islam yang baru mengenal doktrin agama, dan mencekokinya perihal yang negatif.

Mereka cenderung membangun lintas strategi marketing khilafah dan radikalisme dengan jaringannya yang aktif di Youtube, situs online, Facebook, dan Twitter. Sangat mudah menarik pelanggan ideologi khilafah apabila pemikiran dan pemahamannya dirusak dengan cara menzalimi pemerintah.

Misalnya, negara Pancasila mereka bilang kafir, thagut, antek-antek komunis, sekuler, dll. Tuduhan tanpa fakta dan data alias hoak telah biasa dalam tradisi kehidupan kelompok transnasional. Apa sebenarnya yang terjadi? Apa yang mendorong militan dan simpatisan khilafah benci terhadap pemerintah?

Yang terjadi adalah mereka ingin ideologi Pancasila diganti oleh khilafah atau meng-khilafah-kan Indonesia, dan tumbuhnya kebencian itu bermula dari ceramah-ceramah dan dakwah kelompok radikal yang mengundang perpecahan, permusuhan, dan intoleransi di tengah masyarakat.
Ideologi Pancasila atau Khilafah?

Di kanal youtube, aktivis militan Hizbut Tahrir merintis “Fokus Khilafah Channel”. Tujuan dan maksud tersebut tidak lain untuk mengkampanyekan khilafah, agar seluruh penonton youtube terpapar ideologi radikal. Itulah pola, strategi, dan pendekatan kultur politik (sentimen agama).

Begitulah gaya aktivis militan, kalau tidak membangun sentimen agama, juga melalui politisasi dalil khilafah. Jual beli agama di kalangan umat Islam dianggap suatu hal yang sangat lumrah. Padahal, mereka tidak sadar bahwa tindakan dakwahnya dapat mengotori dan menodai citra ajaran Islam.

Apa yang membuat mereka tidak cocok atas ideologi Pancasila? Kenapa kita sebagai umat beragama dan umat Islam merasa paling benar sendiri? Tanpa ideologi Pancasila, negeri ini tidak akan bertahan lama hidup di bumi pertiwi. Jangan sekali-kali merusak sejarah peradaban Islam di Indonesia.

Pancasila itu ideologi yang dihasilkan melalui metode ijtihad para pendiri bangsa dan ulama dari golongan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Oleh karena itu, Pancasila yang mereka anggap thagut dan kafir. Sungguh penafsiran tersebut sangat mencederai peran ulama sebagai pahlawan NKRI.

Setelah beberapa bulan, pemerintah sibuk menangani penyebaran Pandemi Covid-19, militan khilafah kembali menanam bibit radikalisme. Belum lagi, puasa ramadhan yang membuat mereka leluasa menebar ajaran khilafah dari rumah. Peristiwa ini sangat-sangat berbahaya bagi Pancasila kedepannya.

Misi penegakan khilafah menginspirasi militan ISIS dan Hizbut Tahrir untuk mewujudkan #NKRISyariah, Hal ini suatu bukti bahwa ada penghianatan pada negara dan pemerintah. Islam dipolitisasi demi kepentingan kelompok tertentu agar Negara Islam Indonesia terwujud di negeri ini.

Dimana peran pemerintah dan aparatur negara setelah “Focus Khilafah Channel” kembali muncul? Penegakan hukum dan penindakan terhadap pelaku penyebar ideologi khilafah tetap harus ditindak-lanjuti secara prosedural. Sebelum virus tersebut tersebar dan banyak memakan korban.

Hukum kembali melemah, tanpa peran hukum, keamanan dan ketahanan ideologi Pancasila akan bubar. Peran hukum sangat penting sebagai kepastian apakah ideologi khilafah masih ada atau tidak. Di sinilah, hukum dapat kita lihat sejauh mana mengamankan ideologi Pancasila dari berbagai ancaman.
Ideologi Indonesia

Indonesia memiliki organisasi Islam moderat untuk menjaga dan mengawal ideologi Pancasila dari ancaman ideologi transnasional. Pertama, Nahdlatul Ulama. Kedua, Muhammadiyah. Keduanya perlu berbagi peran, tugas dan menjalin kerjasama preventif dengan pemerintah dan aparatur negara.

Langkah preventif ini guna menegakkan ideologi negara Indonesia. Yaitu, Pancasila. Umat Islam di negeri ini menganut prinsip-prinsip yang berdasarkan Pancasila, moderatisme, dan rahmatan lil ‘alamin. Dasar-dasar inilah yang menjadi benteng terakhir dan kekuatan qat’i kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menurut hemat penulis, membela Pancasila itu wajib hukumnya. Karena pembelaan tersebut sama dengan membela negara dan semua agama. Sehingga hidup tanpa Pancasila, maka tidak akan ada kebhinekaan, perbedaan, persatuan, dan kebersamaan. Inilah wujud negeri Pancasila yang selalu bersikap toleran.

Dan Pancasila adalah simbol ideologi terbaik dan teladan bagi seluruh negara, setidaknya, tentu menjadi renungan umat Islam di pelbagai penjuru dunia untuk juga mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Sebab itu, nilai-nilainya menguatkan keimanan dan kecintaan kita terhadap agama, bangsa dan negara.

Lebih-lebih di bulan ramadhan, pemerintah dan aparatur negara, serta seluruh ormas keagamaan perlu hadir bergotong-royong membumikan ideologi Pancasila melalui halaqah kebangsaan, kajian online, dll. Peluang ini, harus dieksekusi dan berhasil demi menopang kejayaan masa depan negara Pancasila. #SalamIndonesia #SalamPancasila.

Hasin Abdullah, Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Film Jejak Khilafah yang Dituduh Kamuflase

Ming Sep 26 , 2021
Khilafah.id – Pasca film ‘Jejak Khilafah di Nusantara’ trending di Twitter (20/08), setelah tak lama tayang perdana film tersebut diblokir oleh pemerintah. Sebuah fakta menunjukkan pemerintah peduli Pancasila, ketimbang Khilafah Tahririyah ala Hizbut Tahrir (HTI/HT), HTI adalah salah satu dari kelompok yang membuat negara Indonesia nyaris tiap hari resah. Tak […]
Jejak Khilafah Nusantara