Khilafah.id – Dakwah di era modern jelas tidak sama dengan dakwah zaman dulu kalau. Kalau dulu orang berdakwah melalui rumah ibadah, kini berdakwah bisa dilakukan dimanapun baik secara offline maupun online, juga kepada siapa pun. Hal itulah yang mendasari Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah yang menggandeng pelaku seni, budaya, dan olahraga dalam menggerakkan dakwah.
“Agama Islam harus menjadi rahmat bagi semua, termasuk para pelaku seni, budaya, dan olahraga. Pelaku seni, budaya dan olahraga tidak boleh dipinggirkan lebih-lebih di Muhammadiyah,” ujar Ketua PP Muhammadiyah, Irwan Akib dalam Pagelaran Seni dan Budaya untuk Milad ke-112 Muhammadiyah yang diadakan oleh FAI UAD di UAD Kampus 4. pada (20/11) pekan lalu.
Lebih lanjut, Irwan Akib bercerita kisah Kiai Ahmad Dahlan yang piawai dalam memainkan biola, Untuk itu ia meminta supaya pendidik termasuk dosen di Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) meniru metode pengajaran Kiai Dahlan.
“Menyampaikan dakwah tidak dengan kaku. Istilahnya Pak AR memanggil orang yang tepat – tidak hanya dengan menggunakan tinju. Itu hal yang luar biasa,” katanya dikutip dari suaramuhammadiyah.or.id.
Di Muhammadiyah, ungkap Irwan, belum banyak memanfaatkan seni, budaya, dan olahraga sebagai media dakwah untuk mengajak umat kepada kebaikan. Menurutnya, masyarakat seni, budaya dan olahraga merupakan ceruk yang belum banyak disentuh dakwah Muhammadiyah.
Sementara itu, menyinggung tentang tema Milad ke-112 Muhammadiyah Irwan Akib menyebut ‘Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua” itu tidak hanya yang bersifat duniawi tapi juga ukhrawi atau batin.
“Salah satu yang bisa memberikan kesejahteraan batin kita itu melalui agama, apalagi disajikan dalam bentuk seni yang membuat kita menjadikan hati nyaman,” imbuhnya.
Sebagai Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pendidikan, Seni, Budaya, dan Olahraga Irwan Akib meminta supaya pelajaran seni tidak boleh hilang dari pembelajaran sekolah. Pendidikan seni dan budaya menurutnya memberikan kelembutan pada siswa.
“Pesan-pesan agama Islam ini bisa disampaikan lewat sentuhan-sentuhan seni saya kira itu akan lebih menarik lagi, menjadi sesuatu yang membuat hati, membuat jiwa anak-anak kita menjadi tenang, menjadi halus,” pungkasnya.
**
Dalam dunia yang terus berkembang, dakwah tidak lagi hanya bertumpu pada pendekatan konvensional. Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, memahami bahwa era modern membutuhkan strategi dakwah yang lebih inklusif, kreatif, dan relevan. Salah satu langkah progresifnya adalah merangkul pelaku seni, budaya, dan olahraga untuk menyampaikan pesan-pesan keislaman yang moderat dan membangun.
Seni dan budaya sering dianggap sebagai ruang netral yang bisa menjembatani perbedaan pandangan dan keyakinan. Muhammadiyah melihat peluang besar dalam menggunakan seni sebagai medium dakwah. Misalnya, seni musik, teater, atau lukis dapat digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil alamin dengan cara yang mudah dipahami, terutama oleh generasi muda.
Selain itu, budaya lokal yang selama ini hidup berdampingan dengan ajaran Islam dapat dijadikan sarana untuk menunjukkan bagaimana Islam dapat menjadi bagian dari identitas kultural tanpa kehilangan esensi ajarannya. Contohnya adalah pelibatan Muhammadiyah dalam seni tradisional seperti wayang kontemporer yang diintegrasikan dengan pesan moral Islami.
Olahraga memiliki daya tarik universal yang mampu menyatukan individu dari latar belakang yang beragam. Muhammadiyah memanfaatkan ini dengan menjadikan olahraga sebagai sarana dakwah. Kompetisi olahraga yang diadakan tidak hanya mempromosikan kebugaran fisik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai Islam seperti sportivitas, disiplin, dan kerja sama tim.
Muhammadiyah bahkan telah menggandeng atlet dan pelatih ternama untuk memberikan contoh nyata bahwa nilai-nilai Islami tidak bertentangan dengan keberhasilan di dunia olahraga. Inisiatif ini tidak hanya membangun reputasi organisasi, tetapi juga menarik perhatian generasi muda yang selama ini mungkin merasa teralienasi dari pendekatan dakwah tradisional.
Generasi Z dan Alpha hidup di dunia yang penuh dengan distraksi dan informasi instan. Pendekatan dakwah yang rigid dan formal sulit menarik perhatian mereka. Dengan memanfaatkan seni, budaya, dan olahraga, Muhammadiyah menunjukkan bahwa dakwah dapat hadir dalam ruang-ruang yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Sebagai contoh, Muhammadiyah bisa memanfaatkan platform seperti TikTok atau Instagram untuk mengedukasi anak muda melalui konten kreatif yang menyisipkan nilai-nilai keislaman. Pendekatan ini membuat dakwah lebih cair dan dekat dengan keseharian generasi muda.
Muhammadiyah juga memberikan ruang bagi pelaku seni, budaya, dan olahraga dari berbagai latar belakang untuk berkolaborasi. Ini adalah cerminan dari semangat Islam yang inklusif dan toleran. Melalui seni dan olahraga, pesan bahwa Islam adalah agama yang universal dan dapat diterima di berbagai lapisan masyarakat menjadi lebih mudah diterima.
Langkah Muhammadiyah menggandeng pelaku seni, budaya, dan olahraga adalah inovasi yang patut diapresiasi. Ini bukan hanya soal mengadaptasi metode dakwah, tetapi juga membuktikan bahwa Islam dapat hadir secara relevan dalam berbagai aspek kehidupan modern. Dengan pendekatan ini, Muhammadiyah menunjukkan bahwa dakwah bukanlah aktivitas yang eksklusif, tetapi terbuka dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Muhammadiyah sedang membangun jembatan menuju masyarakat yang lebih harmonis, di mana Islam tidak hanya dipahami sebagai ajaran, tetapi juga sebagai praktik hidup yang relevan, progresif, dan inklusif.
Alfin Hidayat, Mahasiswa PMH UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.