Khilafah.id – Beberapa waktu lalu, viral dalam sebuah video pendek seorang perempuan yang ternyata seorang aparatur sipil negara (ASN) pejabat eselon III, protes kepada tetangganya (jemaat Kristen) yang menggelar doa bersama di rumahnya sendiri. Peristiwa kemarahan tersebut terekam dan menjadi obrolan publik di media sosial. Disebutkan pula bahwa, peristiwa itu terjadi di Jalan Siput Raya, Bekasi Selatan. Dalam video tersebut, perempuan itu juga marah-marah karena kegiatan doa bersama tersebut dilakukan tanpa izin.
Video pendek itu mendapat kecaman dari warga media sosial karena sikap yang ditunjukkan oleh seorang ASN sangat jauh dari harapan masyarakat. Bibit intoleransi masih terekam sangat jelas pada perempuan tersebut dari kemarahan dan sikap yang ditunjukkan kepada tetangganya.
Tentu, sikap semacam itu bukan pertama kali ditampilkan oleh masyarakat. Sebab di beberapa waktu dan tempat yang lain, fenomena semacam itu masih mengakar kuat di masyarakat. Ritual ibadah yang dilakukan oleh kelompok agama atau aliran lain, kerap kali masih dipermasalahkan oleh sebagian masyarakat karena dianggap salah dan menyimpang.
Sikap sombong yang ditampilkan oleh pemeluk agama dalam menyakini agamanya sendiri, sangat tidak pantas ditampilkan kepada pemeluk agama lain karena akan menciptakan hilangnya kerukunan antar umat beragama. Dalam ruang lingkup sosial, perbedaan agama akan menciptakan keretakan hubungan sosial, yang seharusnya perlu dipupuk untuk meningkatkan kebersamaan dan kehidupan baik.
Selain itu, seperti yang kita ketahui bahwa, perbedaan agama yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat, seperti tetangga atau bahkan secara umum dalam wilayah di Indonesia, tidak bisa dihilangkan. Artinya, mau tidak mau kita wajib memupuk diri untuk senantiasa bersikap welas asih dan menghargai perbedaan agama yang dimiliki oleh seseorang.
Apabila sikap ini tidak ada dalam diri, maka yang terjadi adalah pertengkaran di mana-mana hanya karena perbedaan agama yang dimiliki. Jika terus terjadi demikian, maka kita belum bisa menjadi bangsa yang baik. Sebab sudah menjadi keniscayaan, bangsa Indonesia terdiri dari berbagai perbedaan agama, suku, budaya, dll.
Permintaan Maaf: Siklus yang Tidak Pernah Usai
Setelah viral video seorang ibu ASN tersebut, permintaan maaf langsung ia lontarkan kepada media dan menyesali segala perbuatan yang tidak sopan di video viralnya. Sebenarnya tidak ada yang salah dari permintaan maaf seseorang pasca viralnya sebuah kasus yang menjerat dirinya.
Namun, sikap intoleransi yang dimiliki oleh seseorang, masih mengakar kuat di masyarakat. Pola pikir yang dimiliki oleh sebagian kelompok masyarakat masih jauh dari kata “toleransi”. Apalagi mengingat bahwa, perempuan tersebut adalah ASN yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam menyongsong kehidupan yang toleran di tengah-tengah masyarakat yang multi agama.
Sikap yang ditampilkan oleh ASN tersebut perlu mendapatkan atensi dari pemerintah, termasuk pemerintah daerah agar pendidikan toleransi menjadi salah satu fokus wajib dalam meningkatkan sikap lebih baik dari para ASN. Pengetahuan terkait makna dari butir-butir Pancasila, yang menciptakan sikap toleransi tinggi, perlu dimiliki oleh para ASN dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Seperti yang kita ketahui bahwa, ASN merupakan salah satu kelompok elit masyarakat yang mendapatkan sumber penghidupan dari masyarakat. Oleh karena itu, mereka memiliki tanggung jawab dalam kehidupan masyarakat untuk menjadi contoh yang baik dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam menyikapi perbedaan yang ada. Wallahu A’lam.