Manuver Khilafatul Muslimin dan Upaya Pendistorsian Pancasila

manuver khilafatul muslimin

Khilafah.id – Pawai khilafah di sejumlah daerah yang diendorse oleh ormas Khilafatul Muslimin tampaknya sengaja dilakukan berbarengan dengan momentum peringatan Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni. Ketika segenap eleman bangsa mengisi bulan Juni sebagai bulan Pancasila dengan ragam kegiatan, ada segelintir oknum yang justru merusaknya. Pawai khilafah di hari-hari jelang peringatan Hari Kelahiran Pancasila ialah sebuah upaya mendistorsi sekaligus menghina nilai-nilai Pancasila secara terbuka. Siapa pun pelakunya, aparat kepolisian wajib memburunya dan menyeretnya ke meja hijau.

Untuk ke sekian kalinya, negara tidak boleh kalah dengan para agen dan komprador khilafah. Entah itu yang berafiliasi dengan Majelis Mujahidin, Hizbut Tahrir, Jamaah Islamiyah, ISIS atau termutakhir Khilafatul Muslimin. Meski berbeda bendera, visi mereka sama, yakni menghancurkan NKRI dan mengganti ideologi Pancasila dengan sistem khilafah.

Watak mereka juga nisbi sama, yakni menghalalkan segala cara termasuk kekerasan untuk mencapai tujuan. Mereka tidak segan mengeksploitasi cara-cara kekerasan dan teror demi merebut kekuasaan dari pemimpin atau pemerintahan yang sah. Pawai yang dilakukan oleh Khilafatul Muslimin tidak lain merupakan bagian dari skenario besar menghancurkan bangsa dari dalam.

Empat Strategi Kelompok Khilafah

Mula pertama, mereka mempropagandakan khilafah kepada khalayak dengan klaim bombastis bahwa sistem negara Islam ialah solusi atas seluruh problem keumatan. Klaim-klaim ahistoris ini mereka sebarkan melalui pamflet, brosur, meme, dan beragam piranti audio-visual lainnya. Hal ini bertujuan untuk mempengaruhi alam bawah sadar umat agar meyakini bahwa khilafah ialah hal yang dibutuhkan umat Islam saat ini.

Langkah kedua ialah melemahkan kepercayaan publik pada pemimpin atau pemerintahnya sendiri. Caranya ialah dengan menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian yang menyasar pemerintah. Dalam konteks Indonesia kita bisa melihat berbagai serangan yang dialamatkan pada pemerintah. Mulai dari tudigan Islamofobia, kriminalisasi ulama, dan narasi sejenisnya.

Langkah ketiga ialah menggerus rasa cinta tanah air dengan menyebar pandangan bahwa nasionalisme tidak ada dalilnya dalam Islam. Di saat yang sama, muncul upaya untuk mencerabut masyarakat dari akar sejarah dan meninggalkan ideologi kebangsaannya. Salah satunya dengan mempertentangkan antara Pancasila dan Islam. Juga dengan menebar argument bahwa NKRI ialah negara taghut bahkan kafir.

Langkah keempat, dan ini yang paling berbahaya ialah mengadu-domba sesame umat Islam itu sendiri dengan narasi takfirisme. Pelabelan takfir ini dialamatkan tidak hanya pada kelompok minoritas non-Islam namun ke seluruh kelompok yang berseberangan kepentingan. Jadi, siapa pun yang tidak mendukung agenda pendirian khilaafah akan dicap sebagai kafir dan musuh yang wajib diperangi. Tak-tik yang demikian ini telah menjadi karakter khas kelompok ekstremis pengusung khilafah.

Khilafah Bukan Problem Solver, Namun Trouble Maker

Manuver Khilafatul Muslimin yang menggelar pawai di sejumlah daerah tentu tidak boleh dipandang sepele. Bukan tidak mungkin itu hanyalah langkah awal dari skenario besar jangka panjang yang mereka rancang. Maka, kita tidak boleh permisif pada aksi-aksi massa yang bertujuan mempropagandakan khilafahisme. Hari ini mereka memang hanya berkonvoi secara damai.

Tidak menutup kemungkinan besok ketika mereka sudah memiliki kekuatan massa yang besar mereka akan melakukan tindakan destruktif. Hal serupa pernah terjadi di Suriah dan Irak. ISIS sebagai organisai jaringan teror paling berbahaya saat ini pada awalnya ialah kelompok milisi kecil yang tidak diperhitungkan. Lantaran disikapi permisif, mereka pun membesar dan menjadi mesin teror yang menakutkan.

Maka, tidak ada jalan lain kecuali melawan segala manuver dan upaya untuk mendistorsi NKRI dan Pancasila. Pemerintah harus mengeluarkan regulasi secepat mungkin untuk melarang organisasi Khilafatul Muslimin. Organisasi ini harus diberangus hingga ke akarnya sebelum mereka berhasil menancapkan dominasinya di ruang publik kita. Keberadaan payung hukum itu penting sebagai alat aparat keamanan untuk mengungkap jaringan mereka hingga ke level akar rumput.

Tidak kalah penting dari itu ialah membangun kesadaran di kalangan umat Islam bahwa khilafah bukanlah problem solver, alih-alih trouble maker. Sejarah telah mencatat bagaimana kerusakan yang diakibatkan oleh gerakan-gerakan pengusung khilafah. Kita patut berkaca dari Suriah yang luluh lantak oleh manuver ISIS. Jangan sampai, upaya men-suriah-kan Indonesia oleh kelompok Khilafatul Muslimin itu mendapat momentum dan ruang gerak.

Arkian, momen peringatan Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni ini kiranya bisa membangkitkan kewaspadaan akan bahaya laten khilafahisme. Perang melawan gerakan khilafah nyatanya tidak berhenti dengan dibubarkannya HTI. Munculnya manuver Khilafatul Muslimin dalam banyak hal justru lebih berbahaya ketimbang HTI dan ormas radikal sejenisnya.

Sivana Khamdi Syukria, Pemerhati isu sosial dan keagamaan, alumnus Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Mohammad Ahsan: Atlet Badminton dan Agen Islam di Kancah Internasional

Sel Jun 7 , 2022
Khilafah.id – Perhelatan bulu tangkis internasional akan digelar kembali setelah cukup lama istirahat pasca SEA Games 2021 di Vietnam lalu. Kali ini kesempatan Indonesia yang akan menjadi tuan rumah ajang bulu tangkis internasional melalui ajang Daihatsu Indonesia Masters 2022 dan East Ventures Indonesia Open 2022 yang akan digelar di Istora […]
Mohammad Ahsan