Menyemai Toleransi di Tengah Ragam Agama

Agama

Khilafah.id – Pada acara Forum Agama G20 (Forum R20) atau lazim disebut R20 (Religion of Twenty) di Bali, Rabu (2/11/2022), Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau yang biasa dipanggil Gus Yahya menyampaikan ucapan selamat datang kepada seluruh peserta. Sedang, yang paling berkesan dari sambutan Gus Yahya adalah pujian terhadap masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu mengizinkan sebuah penampilan kesenian budaya Muslim di Aceh di panggung mulia itu.

Bahkan, Gus Yahya memuji masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu mengizinkan NU, organisasi Muslim terbesar dan Liga Muslim Dunia, organisasi terpenting di dunia Islam, untuk membawa inisiatif di sini, di pulau ini, dengan semua para pemimpin agama berkumpul dari seluruh dunia. Ini suatu hal yang patut diapresiasi apa yang dilakukan oleh masyarakat Bali dalam melihat perbedaan agama yang terbentang di tengah-tengah negara Indonesia.

Apa yang dilakukan oleh orang-orang Bali dan pujian Gus Yahya terhadap perbuatan mereka membuktikan bahwa Bali itu masih merawat kebhinnekaan di negara merah putih ini. Orang-orang Bali menyadari bahwa negara ini dibangun dan berdiri bukan pada satu agama saja, melainkan di tengah-tengah agama yang berbeda-beda, yaitu agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Perbedaan agama ini bukanlah sesuatu yang membawa petaka, melainkan membawa rahmat. Persis seperti adagium yang menyatakan, ”Al-Ikhtilaf rahmatun. Perbedaan itu rahmat”.

Di sisi lain, apa yang dilakukan oleh orang-orang Bali tentang pentingnya merawat perbedaan sesungguhnya mengkritik kelompok radikal yang tertutup terhadap perbedaan. Ini teguran yang cukup keras terhadap kelompok picik itu. Apalagi pada tahun 2002 terjadi pengeboman yang dilakukan oleh kelompok teroris Amrozi dan kawan-kawannya. Kelompok teroris melakukan tindakan picik ini tak lain dan tak bukan karena tertutup hati dan pikirannya dalam melihat perbedaan. Mereka tidak senang melihat agama Hindu tumbuh dan berkembang di Bali. Sungguh biadab mereka!

Apa yang dilakukan oleh kelompok teroris tersebut membuktikan bahwa mereka menentang toleransi antar agama yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw. Perhatikan dalam Al-Qur’an bagaimana beliau menghormati agama di luar Islam. Meskipun beliau diajak untuk berserikat dalam keyakinan. Nabi Saw. tetap memperlakukan pemeluk agama di luar Islam sebagai saudara sendiri yang harus dijaga keselamatan jiwanya. Nabi Saw. tidak suka melakukan kekerasan dalam berdakwah apalagi sampai melakukan pembunuhan.

Menjaga keselamatan jiwa semua manusia, meskipun agamanya bukan Islam, adalah suatu kewajiban. Karena, menjaga satu jiwa sama dengan menjaga semuanya. Sebaliknya, membunuh satu jiwa sama dengan membunuh semuanya. Begitulah cara Islam menjaga keselamatan jiwa. Islam tidak mengajar membunuh. Siapapun, meski mengaku muslim, jika masih gemar melakukan tindakan teror atau pengeboman maka ia bukanlah muslim yang sejati, melainkan setan yang terkutuk.

Sebagai penutup, penting bagi bangsa ini untuk lebih berhati-hati terpapar paham radikal. Tak kalah penting lagi bangsa ini saling mengingatkan satu sama lain untuk membangun kesadaran dalam diri masing-masing akan pentingnya merawat perbedaan di negara pluralis ini. Karena, di negara ini terbentang aneka perbedaan, baik perbedaan pemikiran maupun perbedaan agama. Selamat bersatu di tengah perbedaan.

Khalilullah, Penulis dan pengarang buku-buku keislaman.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Kebijakan Anti-Wahabi untuk Menghancurkan Ekstremisme-Terorisme

Rab Nov 9 , 2022
Khilafah.id – Setelah moderasi beragama tidak laku dan puritanisme bangkit di Indonesia, seperti yang diuraikan pada bagian sebelumnya, satu langkah yang tidak boleh tidak diambil oleh pemerintah Indonesia adalah segera membuat kebijakan anti-Wahabi secara total. Meskipun kebijakan tersebut nantinya terkesan represif, tidak jadi masalah, tetap niscaya untuk diambil. Hal tersebut […]
kebijakan anti-wahabi