Perang Dunia III dan Propaganda Tegaknya Khilafah Islam Radikal

Perang Dunia III

Khilafah.id – Setelah semua yang kita saksikan bersama tentang bagaimana radikalisme—betapa pun menjemukan—bereksistensi diri, kira-kira apa yang diinginkan kaum radikal? Jawabannya panjang. Apakah tegaknya khilafah Islam merupakan momentum yang ditunggu-tunggu? Iya, di antaranya. Lalu bagaimana keinginan tersebut menemukan jawabannya? Mungkin kita cemas-cemas akan menjawab: Perang Dunia III (PD III).

Kita mengatakan demikian bukan tanpa dalil. Banyak hal terjadi, dan setiap mereka yang merindukan khilafah selalu menunggu momen yang dinubuatkan itu. PD III sendiri dipersepsikan tidak saja sebagai perang internasional biasa, sebagaimana PD I dan PD II. Senjata nuklir hari ini cukup mencemaskan, sekalipun dilarang penggunaannya. Siapa yang bisa menjamin, ketika perang bergejolak, peraturan perang akan diindahkan?

Kecemasan ini tercermin dari reaksi beberapa kalangan bahwa PD III bukan candaan, misalkan gara-gara konflik AS dan Iran. Kalau sampai PD III terjadi, dan nuklir menjadi senjata antarnegara, bukan hanya rakyak yang mati, tetapi manusia akan musnah. Atau minimalnya, hidup tetapi dalam penderitaan akibat radiasi berbahaya. Tidak ada yang ingin hidup di masa tersebut, era di mana penderitaan massal terjadi. Apakah PD III adalah perang akhir zaman?

Usut punya usut, ternyata PD III, betapapun mengerikannya, sudah banyak dibahas di panggung-pagung. Beberapa dai tanah air bahkan menjadikannya cermah rutin, menyebut PD III ini sebagai Al-Malhamah al-Kubra. Beberapa argumen disuguhkan, orang-orang yakin bahwa ini akan menjadi perang terakhir umat manusia yang berbasis teknologi. Diam-diam, kalngan tersebut juga berharap satu hal dari peristiwa ini: kembali lahirnya khilafah.

Iran-AS dan Rumor PD III

Akar masalahnya adalah terbunuhnya Qasem Soleimani, jenderal top Iran, dalam sebuah serangan rudal AS di Bandara International Baghdad, Irak, pada Jum’at (3/1/2020) kemarin. Hubungan Iran-AS bersitegang. Iran mengancam akan balas dendam terhadap AS. Beberapa basis AS di dekat Iran kemudian dihujani puluhan rudal empat hari sesudah wafatnya Soleimani, yakni Selasa (7/1/2020) pukul 17.30 waktu AS.

Donal Trump pun tidak diam. Dia juga mengancam akan mengirimkan pasukan militer yang lebih kuat jika sampai Iran melancarkan aksinya. Di tengah-tengah konflik, masyarakat dunia cemas karena khawatir konflik tersebut jadi pemicu PD III. Tentu saja Iran tak sendiri, karena memiliki sekutu perdagangan dengan China dan Rusia. Kendati demikian, seperti dilansir CNN Indonesia, Inggris dan Jerman meminta Iran berhenti melakukan serangan pada AS tersebut.

Di jagat media sosial, hashtag #WWIII menjadi trending. Banyak orang mendukung langkah Iran untuk membalas dendam kematian Soleimani. Padahal semua tahu, andai PD III terjadi, rakyaklah yang akan jadi sasaran korban massal. Eskalasi Iran dan AS mungkin akan terus berlanjut, hingga diplomasi menemukan jalan keluarnya. Tetapi pertanyaannya, apakah semua konflik ini memang merupakan jalan ke arah PD III tersebut?

Dalam bukunya, Skenario Perang Dunia III, Michel Chossudovsky membuat subab khusus berjudul “Skenario Perang Dunia III: Iran Medan Perangnya”. Alur politik internasional memang sulit ditebak. Hubungan Iran-AS pun selalu mengalami pasang surut. PD III benar akan terjadi, tetpi apakah konflik Iran penyebabnya atau bukan, tidak ada yang menjamin. Yang jelas, PD III adalah mimpi buruk. Namun kalangan lain juga berpendapat, ia adalah momen yang ditunggu.

PD III Sebab Tegaknya Khilafah

Mengatakan PD III sebagai momen yang ditunggu-tunggu mungkin agak menyeramkan. Tetapi bukan itu poinnya. Yang ditunggu dari PD III bukan keganasan perangnya, melainkan dampak memilukan dari keganasan perang yang kemungkinan terjadi. Basis nuklir memiliki dampak signifikan akan kehancuran manusia, teknologi, dan semesta. Kelak, konon manusia akan kembali hidup seperti di masa silam. Tanpa teknologi apa pun.

Detail prediksi demikian digadang sebagai kabar akhir zaman. Perang pasca PD III tak lagi melibatkan teknologi, umat manusia akan kembali berperang melalui pedang. Tidak terbayangkan betapa kehidupan di masa itu sangat menakutkan. Doktrin teologis ini tentu merupakan kesempatan emas bagi kaum radikal untuk melancarkan proyeknya, yakni mempersiapkan sistem kekhilafahan sejak kini. Indonesia juga menjadi targetnya.

Bagi mereka, ini menjadi momen untuk menyuarakan ramalan akhir zaman, di mana kekhalifan menjadi nubuat yang niscaya. PD III diproyeksikan akan melahirkan tatanan baru kepemerintahan, yaitu umat Islam di bawah komando khilafah. Meski gerak-gerik para pegiat khilafah dalam kasus Iran-AS, di negeri ini, tidak mencuat ke permukaan, bukan berarti tidak ada. Konsep PD III dan khilafah Islamiyah, melalui Al-Malhamah al-Kubra ini sudah dibangun. Mereka hanya perlu menemukan momentum politiknya.

Nubuat Khilafah Akhir Zaman

Kebenaran nubuat bahwa di akhir zaman, khilafah akan kembali tegak, adalah sesuatu yang insidental. Namun, bukan berarti politisasi ‘akhir zaman’ itu sendiri dapat dibenarkan. Tidak tahu kapan akhir zaman tiba, semua umat Islam hanya bisa melihat tanda-tandanya. Mempolitisir akhir zaman lantaran ingin mengubah sistem negara, umpamanya, selamanya tak dapat dibenarkan. Oleh karenanya, upaya penegakan khilafah di Negara ini harus dilawan.

Bahkan andaipun konflik Iran-AS benar-benar pemantik PD III, yang dianggap sementara kalangan sebagai Al-Malhamah al-Kubra, eksistensi NKRI tidak bisa diusik. Nubuat akan terjadi dan itu tak butuh campur tangan kita. Segala konfrontasi para pengusung khilafah dengan dalih nubuat adalah bualan belaka. Sejujurnya, di balik konfrontasi tersebut, terdapat misi tersembunyi, yakni merebut kekuasaan.

Intinya, konflik Iran-AS tak semenyeramkan yang dipikirkan, melihat pasang-surut hubungan kedua Negara tersebut. Khilafah Islam sudah dinubuatkan, akan terjadi pada waktunya sekalipun tanpa intervensi siapa pun. Mereka yang mempolitisasi khilafah adalah kaum radikal yang ingin NKRI merubah sistem , ingin merebut kekuasaan. Sementara rumor PD III tak semudah yang dibayangkan. Dampaknya buruk. Buruk sekali. Tak akan ada yang menginginkannya.

Kita harus jeli melihat situasi politik sekitar. Belum lagi konflik Indonesia-China di Natuna. Kita telah melihat, beberapa dai bahkan meramalkan, tahun 2020 akan terjadi malapetaka besar. Mereka tentu bahagia dengan kebenaran ramalannya. Para kaum radikal memang selalu menunggu chaos ini, karena mereka akan punya alasan untuk mempromosikan khliafah.

Yang jelas, PD III, khilafah Islamiyah, dan kaum radikal mesti semuanya dikonter pergerakannya. PD III yang mengerikan sepatutnya dihindari, sama dengan kita harus menghindari gejolak khilafah. Kendati demikian, atas semua, kita harus menyadari satu hal: kaum radikal adalah musuh bersama. Semoga rumor PD III tidak benar-benar terjadi.

Ahmad Khoiri, Mahasiswa Magister Pengkajian Islam, Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Berebut Keaslian ‘Panji Hitam’ Khilafah (Bagian 1)

Sen Okt 25 , 2021
Khilafah.id – Sebagian masyarakat kita, khususnya di kalangan umat Muslim, mungkin tak asing dengan istilah ‘Panji Hitam’ atau dalam istilah Arabnya ar-raayat as-suud. Tapi mungkin ada juga yang mengernyitkan dahi ketika mendengarnya, sambil kemudian menyadari ternyata akhir-akhir ini makin banyak bendera hitam yang dikibarkan disekitar mereka. Lambang-lambang dengan latar bendera […]
panji hitam