Resolusi Kontra-Radikalisasi Tahun 2024, Gen Z Adalah Kunci

gen Z

Khilafah.id – Lagi tren saat ini kajian-kajian ustaz ganteng, muda, fashionable, yang bahasannya cinta-cintaan. Tren ini merupakan transformasi kajian kepemudaan seperti yang sempat booming beberapa tahun lalu. Jemaahnya pun biasanya berasal dari kalangan selebgram. Yang cowok pada ganteng, yang cewek pada cantik. Kemudian didokumentasikan, disebarkan ke TikTok, hingga banyak Gen Z tertarik, kendati bahasannya tidak benar-benar ngaji.

Boleh jadi, tren baru itu akan booming selama tahun 2024. Ustaz Agam, misalnya, kajiannya dihadiri Ansellma dan para Gen Z glowing lainnya. Tentu saja, sebagai kajian, sekalipun bahasannya percintaan, itu tidak masalah. Namun majelis semacam itu biasanya dihadiri orang-orang yang baru hijrah—baru belajar Islam. Dan itulah masalahnya. Ada kerentanan serius bahwa majelis semacam itu lambat laun akan jadi sarang radikalisasi.

Kasusnya sudah banyak. Untuk itu, tahun 2024, resolusi kontra-radikalisasi juga perlu dibuat. Demikian karena di era sekarang, kunci memenangkan hati Gen Z adalah digital-native. Jika radikalisasi yang berserakan di medsos jauh lebih masif daripada kontra-radikalisasi, Gen Z siap-siap jadi radikal semua. Sebaliknya, jika kontra-radikalisasi menguasai medan, maka Gen Z memegang kunci persatuan-perdamaian Indonesia di masa depan.

Mengapa topik ini menarik diangkat, paling tidak karena dua alasan. Pertama, radikalisasi menyasar Gen Z. Para radikalis berpandangan bahwa kunci kesuksesan radikalisasi ada di tangan Gen Z. Karenanya, mereka menjadikan Gen Z sebagai sasaran utama. Kedua, ustaz bodong berkedok milenial dan Gen Z lagi musim. Seiring dengan menjamurnya tren ngaji-ngaji kekinian, ustaz bodong modal ganteng doang banyak berseliweran di media sosial.

Gen Z Sasaran Radikalisasi

Di era digital-native, tantangan kontra-radikalisasi jadi semakin kompleks. Seiring dengan pergantian tahun menuju 2024, merumuskan resolusi kontra-radikalisasi yang efektif adalah sesuatu yang niscaya. Pilihannya hanya dua, Gen Z menjadi kunci sentral dalam upaya kontra-radikalisasi, atau Gen Z menjadi sasaran dari radikalisasi itu sendiri. Jadi aktor radikal atau jadi konter dari radikalisme, semua ada di tangan Gen Z.

Sebab, Gen Z adalah generasi yang terhubung dengan teknologi informasi dan memiliki semangat untuk membuat perubahan. Namun kendati memiliki karakteristik positif ini, Gen Z juga dapat menjadi target empuk radikalisasi. Akses mudah terhadap informasi melalui media sosial dapat digunakan oleh kelompok radikal untuk menyebarkan propaganda dan merekrut mereka sebagai simpatisan super militan.

Salah satu langkah krusial adalah peningkatan pemahaman tentang bagaimana proses radikalisasi berlangsung di kalangan Gen Z. Pendidikan yang mendalam tentang isu-isu radikalisme, toleransi, dan pluralisme harus diperkuat di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan. Artinya, perlu ada kampanye edukasi, termasuk memanfaatkan platform media sosial untuk membangun aktor-aktor kontra-radikalisme.

Dengar kabar tentang “Anies Bubble”? Capres 01 tengah santer jadi pembicaraan karena melakukan siaran langsung di TikTok dan menjadi pengayom generasi muda. Akibatnya, Gen Z memanggil Anies dengan “Abah” dan memasukkannya ke komunitas K-Popers. Cawapres 02 Mahfud MD kemudian meniru gaya Anies. Keduanya merupakan contoh bahwa hari ini, Gen Z adalah kunci. Menangkan hati mereka, urusan selesai.

Bayangkan jika kaum radikal, melalui ustaz-ustaz bodong mereka, berhasil memenangkan hati Gen Z. Tamat sudah riwayat kontra-radikalisasi. Namun bayangkan juga jika Gen Z pada jadi pelaku kontra-radikalisasi, tamat sudah riwayat radikalisme dari negeri ini.

Tawaran Resolusi Kontra-Radikalisasi

Resolusi kontra-radikalisasi tahun 2024 perlu memberikan perhatian khusus pada fenomena ustaz bodong yang kian menjamur. Alih-alih mengajarkan syariat, mereka justru menyebarkan paham radikal dengan bumbu-bumbu bahasan cinta yang memang digemari remaja. Mereka tahu persis kegemaran Gen Z, lalu berusaha mengelabuinya dengan sesuatu yang paling disuka, sebelum dicekoki doktrin radikalisme.

Maka, sebagai langkah awal dalam resolusi tahun ini, peningkatan monitoring ustaz semacam itu perlu dilakukan. Lembaga-lembaga keagamaan dan pemerintah harus bekerja sama untuk mengidentifikasi ustaz bodong dan mengambil tindakan preventif. Bersamaan, Gen Z mesti kritis terhadap informasi (baca: doktrin) mereka sampaikan. Jika yang diajarkan mengarah pada spirit negara Islam; khilafah; Daulah, segeralah ambil sikap.

Perlu digarisbawahi, resolusi kontra-radikalisasi tahun 2024 harus melibatkan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat, termasuk pemimpin agama, guru, orang tua, dan Gen Z itu sendiri. Apa saja resolusinya? Pertama, penguatan pendidikan anti-radikalisme di sekolah. Pendidikan memang selalu berada di garis depan kontra-radikalisasi. Pendidikan Gen Z, dari semua tingkatan, harus mengintegrasikan kurikulum anti-radikalisme.

Kedua, kampanye media sosial. Di TikTok, paslon 02 membuat parodi yang menjelekkan paslon 01 dan 03. Dan tahu apa yang terjadi? Pendukung Prabowo-Gibran dari kalangan Gen Z semakin banyak. Logikanya, jika kampanye Pilpres saja bisa dilakukan dengan menggaet Gen Z melalui media sosial, padahal kampanye itu bersifat sementara, mengapa kampanye kontra-radikalisasi tidak bisa, padahal kampanye tersebut sifatnya kontinu?

Gen Z sangat aktif di media sosial. Karenanya, resolusi kontra-radikalisasi tahun 2024 harus meliputi kampanye edukasi intensif di platform-platform digital. Melibatkan influencer di kalangan Gen Z untuk menyampaikan pesan kontra-radikalisasi dapat menjadi metode efektif. Konten-konten positif di media sosial membantu melawan narasi radikal yang, terutama, digelorakan ustaz-ustaz bodong tersebut.

Ketiga, penyediaan alternatif kreatif. Kontra-radikalisasi pada 2024 mesti mengakomodasi alternatif kreatif untuk menyalurkan energi dan minat Gen Z. Keterlibatan dalam seni, olahraga, dan kegiatan positif lainnya akan membantu mengarahkan potensi mereka, sehingga kemungkinan terjerumusnya Gen Z ke dalam jaringan radikal dapat diminimalisasi, atau bahkan dapat dihabiskan sama sekali.

Keempat, pengembangan aplikasi anti-radikalisme. Ini perlu di-highlight pemerintah dengan segala resource yang ada. Resolusi ini mendukung pengembangan aplikasi teknologi yang dapat menjadi sumber informasi dan edukasi kontra-radikalisasi bagi Gen Z. Aplikasi tersebut dapat memberikan konten menarik dan interaktif, sehingga mudah diakses dan dipahami oleh, juga melahirkan, generasi yang digital-native.

Keempat resolusi ini, harapannya, adalah menciptakan fondasi kokoh yang memastikan Gen Z tumbuh sebagai generasi yang bertanggung jawab, toleran, dan mampu melawan ancaman radikalisasi dengan kecerdasan dan kritisisme yang tinggi. Dengan begitu, Gen Z tidak hanya menjadi kunci penanganan radikalisasi, melainkan menjadi kunci kesuksesan kontra-radikalisasi untuk 2024 yang lebih baik daripada sebelumnya.

Ahmad Khoiri, Analis, Penulis.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Peran Agama dalam Membangun Persatuan di NKRI

Sab Jan 6 , 2024
Khilafah.id – Dalam kain kehidupan manusia, sedikit benang yang begitu rumit teranyam dan dalam akarnya begitu kuat seperti agama. Ini adalah kekuatan yang telah membentuk peradaban, memengaruhi budaya, dan memberikan ketenangan kepada banyak individu sepanjang sejarah. Meskipun dunia adalah rumah bagi kain budaya yang kaya, agama seringkali menjadi sumber pertikaian, […]
agama