Khilafah.id – Kabar menyanyat hati kembali datang dari tanah Palestina. Pembelaan terbuka dari berbagai negara tidak membawa perubahan yang signifikan atau sekadar memukul mundur tentara Israel dan sekutunya. Rakyat Palestina dipaksa berpindah dari satu kota ke kota lain, untuk bertahan di tanah airnya sendiri. Penganiayaan yang tidak manusiawi semakin menjadi, bukan hanya ingin merebut tanahnya namun juga menghapus jejaknya—genosida.
Konflik berkepanjangan Palestina melawan okupasi Israel seakan tidak berhenti sebelum tanah Palestina jatuh sepenuhnya pada Israel. Masa tua dihabiskan dengan kehilangan lebih cepat, masa muda dipenuhi harapan harapan yang terlihat mustahil ditelan kenyataan.
Bani Israel dalam Al-Qur’an
Bertahun-tahun ketegangan antara Israel dan Palestina terjadi. Berbagai media memberitakan kerusuhan hingga mengundang perhatian berbagai pihak. Namun, tidak selayaknya perselisihan antarnegara yang terjadi. Nyatanya, semakin hari perpecahan ini tidak kunjung menemui titik damai. Justru Israel semakin bertindak di luar batas. Serangan yang dilayangkan Israel bukan saja kepada aparat keamanan, namun banyak melukai warga sipil yang awalnya tidak terlibat.
Berbagai pelanggaran HAM terjadi: pembunuhan, pembantaian, hingga pelecehan tanpa mengenal ampun gencar dilakukan. Dilansir dari Al Jazeera pada pertengahan April lalu, Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan jumlah korban jiwa warga Palestina mencapai 33.797 orang dan 76.465 orang terluka sejak Oktober 2023. Lalu pada penyerangan Rafah yang merupakan kota terakhir Palestina banyak wanita dan anak-anak ditemukan tewas dengan keadaan tragis.
Berbagai dukungan kebutuhan pokok, dukungan kesehatan, dukungan militer hingga doa dari saudara Muslim melalui media sosial terus berdatangan dari berbagai negara. Beberapa tahun terakhir PBB juga mulai melirik keberadaan Palestina, namun lagi-lagi berbagai upaya tersebut tidak berhasil melunakkan Israel. Lantas mengapa umat Islam dengan berbagai dukungannya belum bisa menaklukkan Israel?
Allah berfirman pada surah Al-Isra’ ayat 4 yang artinya, “Kami wahyukan kepada Bani Israel di dalam kitab itu (Taurat), kamu benar-benar akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan benar-benar akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.”
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menafsirkan kata “di dunia” yang dimaksudkan adalah tanah Baitulmaqdis, Yerusalem, di wilayah Palestina tempat berdirinya Baitulmaqdis, yang menjadi tempat suci tiga agama: Islam, Kristen, dan Yahudi.
Selanjutnya, pada kata “Bani Israel akan membuat kerusakan dua kali di bumi. Tetapi justru Allah tidak segera menjatuhkan azab, melainkan justru memperluas kekuasaan mereka hingga mereka merasa sombong.” Isi potongan ayat ini secara gamblang telah menjelaskan alasan mengapa Israel tidak kunjung dapat ditaklukkan oleh umat Islam. Semua alasannya telah tertulis dalam Al-Qur’an.
Jalan Kemenangan Palestina
Saat ini warga Palestina hidup diselimuti kekejaman Zionis. Namun meski ditawarkan masa depan menjanjikan di luar tanahnya, mereka memilih bertahan di Palestina. Para Zionis berhasil menjajah tanah Palestina namun tidak dengan iman dan cinta dalam hati masyarakat. Israel bebas melanggar HAM, menundukkan keadilan dunia, namun tidak dengan balasan dari Sang Kuasa.
Hidup di bawah kezaliman tidak cukup mendorong warga Palestina berpaling dari Tuhannya. Dalam setiap kondisi kumandang azan tidak pernah hilang meski dengan suara bergetar, salat dengan wajah tenang meski berdiri di bawah reruntuhan. Menjalankan kewajiban penuh ketakwaan, mengubur prasangka pada Tuhan dan tidak membenci rasul-Nya. Bertahan dengan sisa tenaga sambil menunggu kemenangan yang Allah janjikan.
Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Isra’ ayat 5 yang artinya:
“Apabila datang (kerusakan) yang pertama dan kedua, kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Itulah janji yang pasti terlaksana.“
Ayat tersebut ditafsirkan bahwa Allah akan mendatangkan sekelompok hamba-Nya yang gagah perkasa untuk menaklukkan Bani Israel. Suatu saat mereka akan mengejar, menyiksa dan membunuh anak keturunan Bani Israel yang tersisa sebagai hukuman atas apa yang mereka kerjakan. Namun dalam ayat ini tidak dijelaskan kapan kemenangan datang pada warga Palestina.
Dalam penantian ini hanya takwa yang menguatkan warga Palestina, ”Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat” (QS. Al-Baqarah: 214). Dari Palestina kita diajarkan bahwa kehilangan yang dimiliki di dunia bukan hal yang pantas menjadi alasan berpaling dari Sang Pencipta dan mendustakan rasul-Nya. Rasa sedih dan kecewa akan hal buruk yang menimpa bukan emosi yang dapat disangkal.
Akan tetapi perlu kita kembalikan lagi bahwa tidak satu pun hal yang terjadi di bumi adalah hal yang buruk sekalipun menyakinkan, karena Allah telah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 186: ”Sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaknya mereka memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Semoga warga Palestina dan seluruh relawan yang ikut berjuang di tanah Palestina selalu diberikan kelapangan dan ada dalam lindungan-Nya. Semoga kesabaran dan ketakwaan mereka menjadi pembuka jalan menuju nikmat surga.
Haniffa Ababilla, Mahasiswa.