Felix Siauw vs GP Ansor vs Khilafah

Khilafah

Khilafah.id – Ibarat air jatuh ke daun talas selamanya tidak akan pernah bersatu, itu perumpamaan yang pas untuk menggambarkan dua kelompok yang saling berseteru dan selalu berseberangan, yang satu membela tegaknya khilafah yang satu menolak khilafah. Siapa lagi kalau bukan Felix Siauw dan pejuang para pemuda GP. Ansor.

“Membubarkan pengajian” adalah satu klaim yang membuat nama baik GP. Ansor disayangkan oleh sebagian yang tidak paham. Namun, klaim itu memang sengaja dibuat untuk melawan gerakan-gerakan pemuda NU yang bergabung di organisasi sayap NU tersebut. Felix Siauw harus dilawan, bukan berarti melawan orangnya tapi gerakan penyesatan ideologi khilafah terhadap masyarakat.

Felix Siauw sebagai tokoh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) memang patut diwaspadai, apalagi telah didukung oleh pernyataan sikap dari negara atas pembubaran HTI. Peneliti dari Indonesia Legal Roundtable (ILR) Erwin Natosmal Oemar menyampaikan, sebagaimana saya kutip dari Tirto.id (28/09/19) bahwa, pemerintah perlu melakukan pendekatan preventif agar persoalan semacam ini tidak meruncing menjadi konflik horizontal. Misalkan, negara memfasilitasi ruang-ruang dan dialog antaramereka yang berbeda pendapat.

Itu terbukti dari alibi-alibi yang disampaikan para tokoh HTI untuk menghindari tuduhan menyebarkannya ideologi khilafah, mereka tidak dengan terang-terangan, akan tetapi memberikan jalan dan peluang untuk berfikir kepada masalalu tentang sejarah-sejarah kejayaan Islam dengan konsep khilafah. Tidak mengajak untuk mengubah sistem negara kita Indonesia. Tetapi menyamarkan secara perlahan-lahan untuk menyulut emosi dan simpati masyarakat.

Simpati itu dicari untuk mendapatkan dukungan, karena khilafah adalah bagian dari politik dan menggunakan cara-cara itu bukan murni sebagai dakwah. Felix Siauw memainkan propaganda yang bisa mengajak umat Islam di Indonesia tertarik untuk bergabung dengan perjuangannya. Beberapa kali kita bisa dengar bahwa dirinya dituding sebagai penyebar ideologi khilafah karena rasa ketidaksukaan saja.

Kecewa ketika warganet menyebutnya HTI atau anti Nusantara. Ini sebuah permainan. Tentu para pemuda GP. Ansor melawan. Maka perlawanan itu perlu menggunakan cara-cara yang lebih lihai dan cantik. Bagaimana kita menyikapinya gerakan bawah tanah itu?

Memburu Khilafah dan Felix Siauw

Kekuatan menyebarkan sistem khilafah di Indonesia menggunakan cara-cara dakwa yang samar-samar setelah mengakui secara terang benderang. Karena berdakwa dalam bentuk ajaran atau pemahaman sejarah kepada masyarakat tidak pernah dikhawatirkan oleh negara. Senyatanya, gerakan itu masif dan cukup kuat membuat masyarakat terlena, lama-lama terpengaruh dengan propaganda. Ibarat sebuah air yang menetes ke batu tidak sekaligus akan membuat batu berlubang, tapi perlahan batu itu akan berlubang dengan tetesan air yang setiap saat jatuh. Begitu cara-cara cerdas dari eks HTI berdakwa di Indonesia.

Melawan dengan kekerasan seperti membubarkan pengajian, dan melarang kegiatan dakwah membuat gerakan GP. Ansor kurang etis dan dianggap nakal. Justru akan menimbulkan simpati masyarakat yang semakin besar terhadap para Ustadz HTI. Setidaknya, gelombang kemarahan dan permusuhan tidak terlalu besar.

Bagaimana jika Filex Siauw bersembunyi di balik kedok dakwah khilafah atas nama kebebasan berpendapat. Negara telah melarang HTI. Maka tidak bisa atas nama dalil-dalil kebebasan para ustadz HTI seenaknya menyampaikan dakwah tegaknya khilafah di Indonesia.

Cara-cara yang dilakukan GP. Ansor lebih baik meminta mengakui NKRI. Salah satunya Felix Siauw untuk menandatangani pernyataan mengakuan Pancasila sebagai ideologi negara. Ini serangan yang paling bagus menurut penulis. Meminta Felix Siauw menyatakan tidak akan mendakwahkan Khilafah dan mengaku telah keluar dari HTI tentu saja membumi hanguskan gerakan dakwahnya sendiri. Menandatangi surat pernyataan demikian sama artinya dengan keluar dari Hizbut Tahrir dan bunuh diri secara politik. Karir dakwah Felix Siauw akan tamat seketika.

Memerangi perkembangan wacana Khilafah di Indonesia tidak bisa menunggu momentum meski mereka menggunakan momentum sebagai gerakan dakwa. Karena agenda besar mereka memang ingin menjatuhkan pemerintahan yang sah. Pemuda GP. Ansor seharusnya lebih peka dan realistis untuk melawan tanpa ada jeda sedikitpun. Baik dari gerakan literasi (seperti media-media yang bisa melawan wacana khilafah), gerakan dakwah, dan gerakan penggiringan opini massa. Secara continue dilakukan.

Bergerak dan Berjarak

Sebagaimana buku yang ditulis Mohamed Nawab Mohamed Osman “Hizbut Tahrir Indonesia dan Political Islam: Identity, Ideology and Religio-Political Mobilization” secara sederhana Osman menggambarkan gerakan dingin yang dilakukan Hizbut Tahrir di Indonesia.

Kelompok-kelompok seperti HTI telah mahir menggunakan ruang demokrasi di Indonesia untuk mengemukakan pendapat dan tujuan iliberal mereka, termasuk mendorong pembatasan bentuk seni Indonesia yang dianggap tidak Islami, dan yang lebih penting mendorong sekte Islam tertentu, seperti Ahmadiyah, untuk dilarang. Ada baiknya organisasi yang getol melawan ideologi ini terus bergerak namun berjarak.

Dalam beberapa literatur ketika membahas HTI di Indonesia argumen utamanya yang diambil adalah pertumbuhan anggota HTI yang telah masuk ke pelbagai partai dan ormas Islam secara diam-diam. Bisa dipastikan untuk menguasai di dalam peluang kelembagaan dan non-kelembagaan dalam sistem politik Indonesia adalah target yang paling strategis. Mereka sudah tidak berjarak dengan organisasi dan masyarakat yang memusuhi HTI. Mereka bergabung dengan partai dan meluncurkan aksi kolektif. Hal ini semakin menegaskan dan menunjukkan bahwa identitas kolektif tetap menjadi faktor terpenting dalam pertumbuhan gerakan dingin khilafah di Indonesia.

Penting kiranya, selama ini GP. Ansor yang telah berjuang untuk menolak ideologi ini dengan cara-cara yang mereka sendiri gunakan. Artinya melawan, dengan seimbang, tangan kosong melawan tangan kosong. Maka bergerak dan berjarak dari-dengan HTI, berjarak karena mereka dekat bergerak karena mereka terus melawan.

Jamalul Muttaqin, Penulis keislaman di berbagai media online.

Redaksi Khilafah.ID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Memboikot Ceramah yang Memicu Perilaku Intoleransi

Kam Feb 17 , 2022
Khilafah.id – Kenapa masih ada aja perilaku intoleransi? Padahal agama sudah mengajarkan nilai-nilai kebaikan, kerukunan, dan perdamaian. Kok bisa masih ada perpecahan antar umat agama. Pasti ada beberapa orang yang menjadi oknum dalam usaha memecah belah. Tulisan ini sebagai analisis kritis isi ceramah islami yang seringkali memicu perilaku intoleransi. Beberapa […]
Intoleransi